Mohon tunggu...
dyah ayu
dyah ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Pangan Institut Pertanian Bogor

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Air Dingin dan Air Hangat Mana yang Lebih Sehat?

22 Juni 2024   12:26 Diperbarui: 22 Juni 2024   12:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-air-minum-seorang-pria-1126557/

Disusun oleh Amany Awfa Tsania, Dyah Ayu Purnamaningtyas, Intan Hanafiah

Air merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia, dan konsumsi air yang cukup sangat penting untuk kesehatan tubuh. Tubuh manusia terdiri dari  70% sel yang tersusun atas molekul air. Jumlah konsumsi air yang cukup sangat penting bagi tubuh, karena apabila seseorang yang mengonsumsi air dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan kerusakan pada organ bahkan dalam kondisi yang parah dapat menyebabkan kematian. Konsumsi air juga membantu dalam mendapatkan mineral yang terlarut pada air yaitu Na, Mg, K, Ca, Fe, Zn, Cr, Mn dan Cl (Azlan et al. 2012). Konsumsi air sangat bermanfaat bagi tubuh terutama dalam mengembalikan jumlah air di dalam tubuh setelah beraktivitas sehingga tidak mengalami dehidrasi, selain itu juga membantu menjaga kesehatan kulit, mengatur keseimbangan suhu tubuh serta menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh, dan melancarkan pengangkutan zat dalam pembuluh darah. Menurut Lu dan Yuan (2017) kualitas air minum yang baik berpengaruh terhadap umur hidup masyarakat yang berada di Mayang Provinsi Hunan Cina. Kandungan Mg, Sr dan Se dalam air minum sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat yang berusia 100 tahun. 

Beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa suhu air minum yang semakin tinggi (38°C) dapat meningkatkan produksi keringat pada 3 menit pertama setelah minum dibandingkan ketika minum air bersuhu dingin (0,5°C). Laju keringat pada seseorang yang minum air bersuhu 60°C, yaitu 0,51 + 0,12 mg/menit/cm2, sementara laju keringat seseorang yang meminum air dingin sebesar 0,08 + 0,01 mg/menit/cm (Miwa et al. 2019). Ketika minum air tubuh akan membakar kalori sehingga menghasilkan energi panas, peristiwa ini dinamakan yaitu thermogenesis yang bisa membantu penurunan berat badan (Vij dan Joshi, 2013). Suhu tubuh yang meningkat hasil energi panas dari pembakaran kalori saat minum dapat dirasakan akibat adanya termoreseptor dari orofaringeal. Peningkatan suhu tubuh juga terbukti memperbaiki kekakuan arteri sehingga fungsi kardiovaskular meningkat karena resistensi pembuluh darah menurun dan aliran darah yang meningkat akan melancarkan pengangkutan zat-zat dalam aliran darah (Hu et al. 2012). 

sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-mengenakan-baju-hitam-air-minum-907865/ Input sumber gambar
sumber: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-mengenakan-baju-hitam-air-minum-907865/ Input sumber gambar

Termoreseptor pada rongga mulut, faring, dan laring merasakan adanya peningkatan suhu serta fungsi termoregulasi akan mulai bekerja. Hal ini menyebabkan aliran darah di bawah kulit dan laju keringat ikut meningkat (Lu et al. 2012). Selain itu, aliran darah di bawah kulit juga terbukti lebih meningkat ketika seseorang meminum air bersuhu 60°C (1,20 + 0,33 mL/menit/100 g jaringan) dibandingkan laju aliran darah saat minum air dingin bersuhu 3°C (Miwa et al. 2019). Suhu tubuh yang meningkat akan mensekresikan keringat lebih banyak. Produksi keringat yang meningkat akan membuang racun dalam tubuh melalui kulit dan juga melalui urin. Penumpukan bahan beracun dalam tubuh akan mengurangi elastisitas kulit, meningkatkan keriput atau noda, dan pada tingkat parah akan menyebabkan kanker kulit. Selain itu, berkeringat juga menurunkan hormon kortisol sehingga kualitas tidur akan menjadi lebih baik dan mengurangi resiko batu ginjal karena garam dan mineral dalam tubuh dikeluarkan melalui keringat (Mahayuni dan Ashadi 2018).  Suhu tubuh yang meningkat menyebabkan termoreseptor pusat dan kulit merespon untuk diproses oleh area hipotalamus untuk memicu respon pseudomotor. Keringat distimulasi melalui pelepasan asetilkolin dari serat postganglionik simpatik kelas C tidak bermielin, kemudian berikatan dengan muskarinik (subtipe 3) pada kelenjar keringat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun