Pandemi virus covid 19 ini membawa perubahan dibanyak sektor, tak terkecuali dalam sektor pendidikan. Sekolah yag biasanya ramai oleh kagiatan pembelajaran sekarang menjadi sepi karena digantikan oleh teknologi berupa platform pendidikan daring. Padahal di tengah masyarakat kita ruang kelas masih dipandang sebagai pendidikan yang sebenarnya.
Masyarakat menganggap bahwa pembelajaran yang sesungguhnya hanya bisa terjadi di lingkungan sekolah saja. Hal ini yang mejadi masalah besar pada saat pandemi sekarang ini.
Saat ruang kelas tersebut dipindahkan ke dalam kelas maya yang pembelajaranya dapat dilakukan dimana saja, membuat masayarakat khususnya orang tua bingung dibuatnya.
Tiba-tiba saja orang tua dituntut untuk menjadi guru bagi anak-anak mereka. Sebenarnya hal ini bisa dijalani dengan baik jika selama ini masyarakat memahami bahwa sekolah hanyalah pendidikan formal saja dan peranan penting dalam mendidik anak tetap berada ditangan orang tua.
Seperti satu ajaran yang terkenal dari bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara bahwa “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.” Ajaran ini jika diintegrasikan dengan tujuan kurikulum 2013 maka dapat kita simpulkan bahwa setiap rumah hendaknya menjadi tempat bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan khususnya pendidikan spiritual, sosial, bahkan pengetahuan dan keterampilan. Setiap anggota keluarga yang lebih tua pun memiliki peran untuk menjadi pendidik khususnya dalam hal membangun karakter siswa.
Menurut Kertajaya (2010) Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu objek atau individu. Karakteristik yang asli dan berakar pada kepribadian atau individu benda, serta “mesin” yang mendorong bagaimana bertindak, berperilaku, katakanlah, dan menanggapi sesuatu.
Pedidikan karakter ini sangat penting sebagai mesin pendorong pendidikan pada siswa. Jika karakter siswa terbentuk dengan baik, maka kegiatan memperoleh aspek pengetahuan dan keterampilan pun akan lebih mudah. Apalagi dalam masa pandemi ini, motivasi siswa untuk belajar pun harus terus ditingkatkan.
Tiga elemen penting dalam membangun pendidikan karakter pada siswa adalah orang tua, guru dan masyarakat. Dalam pembelajaran kelas maya, orang tua menjadi pendukung yang sanagt kuat untuk mencapai keberhasilan pendidikan.
Salah satu karakter siswa yang harus selalu ditingkatkan dalam masa pandemi ini adalah kedisiplinan. Kedisiplinan berkaitan dengan pengaturan diri. Menurut Bistak Sirait (2008) menyatakan bahwa tujuan utama dari sebuah sikap kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Aplikasi dari pengaturan diri terlihat dari bagaimana siswa dapat mengontrol diri untuk disiplin baik dirumah maupun di kelas maya mereka.
Dari pengalaman guru yang mengajar dengan kelas maya, mereka merasakan kedisiplinan siswa sangat kurang terutama dalam melaksanakan pembelajaran dikelas maya mereka. Dari 36 siswa yang masuk kedalam kelas dalam sebuah platform online kurang dari sepuluh siswa yang rajin mengerjakan tugas dan menyimak materi yang diberikan oleh guru.
Sebenarnya banyak faktor yang menjadi dasar kekurang disiplinan siswa terutama dalam masa pandemi ini. Seperti siswa sendiri yang belum memiliki literasi teknologi yang mumpuni, kendala teknis dalam pembelajaran berupa tidak terjangkaunya sinyal dan kuota internet yang mahal, serta faktor – faktor lainya. Akan tetapi hal ini harus segera kita atasi, agar siswa mendapatkan hak mereka dalam hal pendidikan dengan maksimal walaupun dalam keterbatasan.
Ada tiga elemen penting dalam pendidikan kedisiplinan siswa, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat. Jika ketiga elemen ini bersinergi dengan baik maka akan tercipta pendidikan kelas maya yang disiplin dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin ditempuh. Orang tua menjadi elemen kontrol utama siswa yang melakukan pembelajaran di rumah.
Orang tua berperan sebagai guru dirumah yang membantu anaknya dalam pelaksanaan pembelajaran, sebenarnya orang tua tidak harus sepenuhnya mengajari materi siswa terutama dalam aspek pengetahuan dan keterampilan khususnya bagi siswa SMP atau SMA.
Untuk anak dengan jenjang pendidikan tersebut orang tua bisa menjadi kontrol dan role model kedisiplinan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dikelas maya. Karena jika orang tua acuh tak acuh terhadap anaknya, maka si anakpun merasa bahwa tuntutan belajar dirumah mereka sangat kecil.
Elemen yang kedua adalah guru. Tidak dapat dipungkiri di masa sekarang ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan pembelajaran kelas maya yang meyenangkan agar siswa lebih termotivasi dalam belajar.
Guru harus dapat membuat media pembelajaran yang menarik sehingga siswa tidak mudah bosan untuk belajar dalam kelas maya mereka. Karena yang terjadi di Indonesia ini pembelajara daring banyak terlaksana secara asinkronus tanpa tatap muka. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kedisiplinan di kelas maya mereka.
Pertama adalah guru sebagai seorang yang digugu dan ditiru, sudah sepatutnya seorang pendidik atau guru memiliki sifat, sikap, dan perilaku yang baik terutama di dalam lingkup pendidikan atau dalam bermasyarakat. Karena guru adalah suri tauladan yang dijadikan panutan serta contoh oleh peserta didiknya.
Dalam hal ini guru juga harus menerapan kedisiplinan dalam pembelajaranya, seperti selalu melakukan kegiatan pembelajaran dengan platform yang telah disepakati dengan tepat waktu sesuai dengan jadwal pembelajaran yang ada.
Dengan tidak terjadinya pembelajaran tatap muka seringkali seorang guru lupa kan jadwal mengajarnya sehingga sering terlambat mengirimkan tugas atau materi kedalam kelas maya, jika hal ini terjadi secara terus menerus dapat menjadi contoh yang buruk bagi siswa.
Siswa pun akan menjadi tidak disiplin dalam pembelajaran karena saat mereka sudah tepat waktu ternyata belum ada materi yang di berikan maka motivasi belajar mereka menjadi menurun.
Kedua, Guru juga harus disiplin dalam memberikan umpan balik dan nilai kepada pekerjaan siswa yang telah dikirimkan. Pada kenyataanya sering dijumpai bahwa banyak pekerjaan siswa yang belum dinilai.
Sehingga siswa tidak pernah mendapatkan umpan balik atau mengetahui nilai mereka. Hal ini juga dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa. Siswa menjadi enggan untuk membuat tugas karena mereka fikir bahwa pekerjaan mereka tidak pernah dinilai.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terlambatnya pemberian umpan balik kepada siswa. Akan tetapi kita sebagai guru menyadari bahwa pemberian umpan balik sangatlah penting dalam memotivasi siswa.
Ketiga, ciptakan pembelajaran yang terpusat pada siswa. Pembelajaran yang tepusat pada siswa bukan melulu menutut siswa melakukan banyak hal, seperti mencari materi sendiri dan lain sebagainya.
Dalam hal ini guru harus lebih kreatif dalam membuat pembelajaran dikelas maya mereka. Pembuatan lembar kerja peserta didik pun harus diperhatikan, seperti pemberian tugas yang dapat menstimulus siswa untuk berfikir kritis dengan cara yang menyenangkan.
Elemen yang terakhir adalah masayrakat. Lingkungan masyarakat sangat berpengaruh dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Ciptakan lingkungan yang baik untuk mendukung pembelajaran siswa. Khususnya pada saat jam pembelajaran. Jadi siswa akan lebih fokus untuk belajar dirumah sesuai jadwal yang ada.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk tetap memberikan hak – hak anak dalam belajar di masa pandemi ini. Jika masing – masing elemen melakukan peran mereka dengan baik maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai, dan siswa tetap mendapat hak belajar mereka walaupun dengan banyak keterbatasan.
Terutama dalam membangun karakter mereka sehingga saatnya nanti kita kembali kepada kehidupan normal kita, tidak ada perilaku menyimpang yang mereka lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H