Untuk merealisasikan salah satu program kerja yang sebelumnya telah didiskusikan dengan Kepala Desa, mahasiswa/i KKN Universitas Negeri Malang mencoba berkolaborasi dengan organisasi karang taruna agar membantu mensukseskan program kerja yang ada.Â
Setelah berbincang santai ketua karang taruna menawarkan diri untuk mengajak para anggota KKN untuk sowan ke Punden tempat makam salah satu orang penting di Desa Talok. Pukul 11 malam kami berangkat menuju Punden yang dimaksud sebelumnya, tak hanya dengan Ketua dan anggota karang taruna Desa Talok namun Kepala Desa Talok turut hadir untuk menemani Mahasiswa/i KKNÂ
untuk melakukan kunjungan tersebut. Sesampainya di sana, kami diperlihatkan sebuah pohon kebanggaan Desa Talok yaitu pohon Taloka. Â
Pohon Taloka merupakan pohon yang menjadi cikal bakal nama dan sejarah desa Talok itu sendiri. Pohon ini juga dipercaya masyarakatnya menjadi pohon yang sangat langka dan satu-satunya di Indonesia. Pohon ini memiliki ciri khas yang sangat unik dengan batang yang seperti pohon jati, dan daun pohon Taloka melebar seperti daun pisang.Â
Kepala Desa Talok menyebutkan bahwa 50 tahun yang lalu ada pohon Taloka yang berukuran sangat besar, namun sayangnya sudah ditebang dan baru 3 tahun terakhir ditemukan pohon Taloka baru yang berjarak kurang lebih 10 meter dari posisi pohon Taloka terakhir.Â
Sampai saat ini masih diusahakan untuk melestarikan dan membudidayakan pohon Taloka ini. Kepala Desa Talok juga menyebutkan bahwa ini masih diagendakan untuk mencari varietas pohon Taloka ini sehingga diketahui apa jenisnya dan dimana dapat menemukannya selain di Desa Talok karena selama ini hanya sebuah spekulasi yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Setelah berkunjung ke makam, kami melanjutkan bahasan mengenai Desa Talok bersama Kepala Desa juga dengan Ketua dan anggota karang taruna Desa Talok di sekitar Punden. Kepala Desa menceritakan siapa sosok yang dimakamkan di Punden itu juga menceritakan keterkaitannya dengan sejarah yang ternyata sangat terikat kental dengan sejarah kerajaan Singasari dengan sosok fenomenalnya yaitu Ken Arok.Â
Kami juga diberikan point of view yang berbeda mengenai gambaran Ken Arok sendiri yang tidak disampaikan di buku-buku sekolah yang selama ini diajarkan.Â
Obrolan kami pun bergulir semakin lama dan semakin larut mengenai meditasi-meditasi yang sering dilakukan oleh orang-orang saat datang ke Punden itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H