Otak adalah pusat sistem saraf pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya. Otak mengatur dan mengkoordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak memiliki tiga tingkatan yaitu otak reptil, limbik, dan neokorteks. Otak reptil mengatur "perasaan teritorial" sebagai insting primitif. Contohnya kita akan merasa tidak nyaman, terancam dan bahkan marah ketika seseorang terlalu dekat dengan kita. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks. Neokorteks merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia.
Tahukah sebenarnya manusia jumlah sel otak yang sama dengan Albert Einsten dan Thomas Alfa Edison?? Tapi mungkin dalam benak kita bertanya-tanya, mengapa kita tidak secerdas Albert Einstein dan Thomas Alfa Edison? Dan mungkin diantara kita juga banyak yang belum mampu untuk menghasilkan suatu penemuan atau menciptakan sesuatu yang baru. Mengapa demikian?? Hal itu dikarenakan pendayagunaannya yang berbeda. Otak manusia memiliki jutaan sel saraf yang disebut neuron yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain di sepanjang cabang-cabang yang disebut dendrit. Kunci penghubung antara dendrit-dendrit adalah suatu zat yang disebut myelin. Ketika kita menerima informasi maka myelin akan terbentuk sehingga dendrit terhubung. Proses inilah disebut penerimaan dan penyimpanan informasi. Pada tahap awal untuk membuat myelin yang pertama dibutuhkan adalah energi yang besar. Itulah sebabnya seorang yang jarang berfikir secara otomatis akan memiliki daya ingat yang rendah karena energi yang rendah. Nutrisi adalah faktor yang penting dalam pembelajaran, karena tanpa nutrisi yang cukup tentu kita akan sulit untuk berkonsentrasi.
Apakah anak yang cerdas dan memilki IQ yang tinggi dapat menghasilkan kreativitas yang tinggi?? Kreativitas erat kaitannya dengan bakat. Orang yang memiliki bakat dalam bidang tertentu kemudian ia tekuni dan ia kembangkan, maka bakatnya tersebut dapat diapresiasikan menjadi suatu kreativitas. Dari bakatlah suatu kreativitas berawal. Namun, ternyata IQ yang tinggi belum bisa menjadi jaminan untuk seseorang dapat menghasilkan suatu kretivitas yang tinggi. Penelitian Torrance (1965) mengungkapkan bahwa anak-anak yang tinggi kreativitasnya mempunyai taraf intelegensi (IQ) di bawah rata-rata IQ kelompok sebayanya. Dalam konteks keberbakatan (giftedness), ia menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan kriteria tunggal untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat. Jika hanya IQ yang digunakan sebagai kriteria, sekitar 70 persen orang yang tinggi kreativitasnya akan tereliminasi dari seleksi. Jadi, dalam hal ini IQ bukanlah suatu jaminan untuk menentukan kreativitas seseorang. Karena orang yang memiliki IQ tinggi belum tentu ia dapat menghasilkan kreativitas yang tinggi. Dan begitu pun sebaliknya, orang yang memiliki IQ rendah belum tentu kreativitasnya rendah pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H