Mohon tunggu...
Widya Pemila
Widya Pemila Mohon Tunggu... -

im gonna try writing... be my friend..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Tengah Maraknya Hiburan Digital, Buku Cerita Anak Harus Tetap Jadi Pilihan

26 Desember 2013   18:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:28 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berkembangnya teknologi digital telah memunculkan banyak kreator multimedia yang mengembangkan berbagai aplikasi untuk hiburan. Games, adalah salah satu bentuk aplikasi yang terus dikembangkan tanpa henti. Berbagai macam permainan digital yang muncul lantas begitu digemari, termasuk anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hal ini terjadi karena para orang tua telah memberikan izin pada anak-anak mereka untuk mengoperasikan ‘gadget’, sementara kebutuhan mereka akan komunikasi dan informasi belum begitu mendesak.

Jika kita menengok ke luar rumah, dapat kita lihat semakin sedikit anak-anak yang berhamburan di luar rumah untuk bermain bersama teman-temannya. Sepulang sekolah, mereka akan langsung teringat dengan gadget yang dimilikinya atau milik orang tuanya, baik itu PC, laptop, tablet, handphone maupun playstation. Bermain games. Itulah yang kemudian mereka lakukan. Jika tidak, menonton televisi adalah alternatif pilihan yang lain. Fenomena ini tentu tidak terjadi di setiap daerah atau di setiap rumah. Namun, kenyataan ini tak dapat dipungkiri cukup banyak terjadi di masyarakat.

Kita tentu tidak bisa serta merta memberikan stigma negatif terhadap kemunculan berbagai games yang berkembang sekarang. Akan tetapi, jika fenomena kebiasaan anak-anak tersebut tidak diiringi kontrol dari orang tua dan keluarga, tentu akan menimbulkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak-anak. Betapa tidak, jika setiap hari seorang anak bermain games, bukan tidak mungkin ia akan menjadi acuh terhadap lingkungan bahkan menganggap bermain games digital lebih menarik daripada kegiatan yang lain, termasuk belajar.

Di tengah maraknya hiburan anak dalam berbagai media digital tersebut, sastra memiliki peran untuk mengontrolnya. Apa yang muncul dalam benak orang tentang sastra pasti terkait dengan karya puisi, novel dan naskah drama. Orang sering lupa bahwa cerita-cerita dan dongeng yang mereka dengar dan baca di masa kecil merupakan bentuk sastra. Lantas, bagaimana sastra dapat mengontrol dampak negatif era digital pada perkembangan anak-anak? Dalam hal ini orang tua tetap memegang peranan penting, yakni dengan mengajarkan anak gemar membaca. Kegemaran membaca itu dapat dimulai dengan kegemaran membaca cerita-cerita narasi. Jika anak belum bisa membaca, orang tua bisa mendongeng atau membacakan buku cerita. Kedengarannya memang kuno, namun pada kenyataannya kegiatan itu dapat mengasah perkembangan pikiran, mental dan emosi anak. Berbagai penelitian di Amerika dan Eropa telah menunjukkan bahwa mendongeng dan membacakan cerita untuk anak akan memberikan manfaat yang besar dalam perkembangan otak mereka.

Berdasarkan penelitian, ada begitu banyak manfaat dari membacakan dongeng atau cerita pada anak yang sangat perlu diketahui oleh para orang tua. Manfaat pertama, kegiatan membacakan cerita tentu akan membangun kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Manfaat yang kedua adalah bahwa anak-anak yang terbiasa membaca atau menyimak sebelum masuk sekolah cenderung memiliki kemampuan akademik yang menonjol ketika ia telah duduk di bangku sekolah. Fakta ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh banyak ilmuwan. Dengan kebiasaan menyimak cerita narasi yang beralur, anak pun akan memiliki kecakapan berbicara dan berkomunikasi serta memecahkan masalah dengan baik. Selain itu, pada saat menyimak, tentunya anak harus tetap fokus agar dapat memahami cerita secara utuh. Hal tersebut merupakan bentuk latihan konsentrasi anak sejak dini.

Di antara berbagai manfaat dari menyimak atau membaca cerita, manfaat yang paling utama adalah manfaat pendidikan moral. Melalui cerita narasi yang dibaca atau disimak, anak-anak dapat mengenal berbagai karakter dan sifat serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman ini tentu akan sangat berguna dalam pembentukan karakter anak dalam masa perkembangannya menuju dewasa.

Jika anak-anak telah memiliki kebiasaan membaca sejak dini, maka dalam masa perkembangannya, ia akan merasa bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Sekolah-sekolah formal memang kurang memberikan porsi waktu yang cukup bagi anak untuk membaca. Oleh karenanya, orang tua harus memberikan fasilitas bagi anak untuk membaca, misalnya dengan memberikan atau meminjamkan buku-buku bacaan yang sesuai.

Pekerjaan dan kehidupan sosial orang tua mungkin memang tidak bisa lepas dari berbagai gadget, termasuk ketika sedang di rumah. Alhasil, anak-anak mereka pun diberikan atau dipinjami gadget untuk bermain. Akan tetapi, hendaknya orang tua meluangkan waktu mereka untuk membacakan cerita bagi anak-anaknya yang masih kecil, atau menyediakan waktu untuk membaca bersama. Para orang tua tidak sepatutnya berbangga hati ketika anak-anak mereka mahir mengoperasikan berbagai multimedia. Satu hal yang tak boleh dilupakan adalah bahwa teknologi informasi yang maju pesat saat ini dikembangkan oleh negara-negara di Eropa dan Amerika, yang penduduknya gemar membaca serta mengajarkan anak-anak menyukai fairytale, dongeng dan berbagai cerita lainnya. Negara-negara pengembang teknologi tersebut sangat menjunjung tinggi kesenian, termasuk di dalamnya sastra.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun