Mohon tunggu...
Dwy Susanto
Dwy Susanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

simple, sederhana, rajin menabung twitter : DwyCungKring

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jilbab Tengku

29 Januari 2015   09:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tengku diba aliya nama nya gadis berjilbab putih yang ku pandangi terus menerus sejak pertama kali aku turun dari angkutan umum menginjakkan kan kaki di pintu gerbang sekolah menengah kejuruanku. Aku tau nama nya setelah melihat bat nama di sisi dada kanan nya , kebetulan kala itu jilbab nya tidak menutupi.

Kesejukan aura wajah nya membuat ku tak dapat berpaling , saat kami para murid-murid baru di baris kan di tengah lapangan untuk mendengarkan arahan para guru dan panitia OSPEK aku selalu berusaha untuk tetap berada di dekat nya supaya aku dapat terus memandanginya, merasakan kelembutan hatinya.

sungguh anggun gadis ini”. Batin ku. “bisakah kau ku bawa pulang untuk menemani hari-hariku di kota baru ku ini?”. Hanyal ku lebih dalam.

Hari ini hari kedua ku di kota Medan , kota yang menjadi kota kedua ku sekarang. Setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kampong aku memutuskan untuk melanjut kan sekolah ku ke kota ini dan kedua orang tua ku mengijinkanku. Kota yang indah, penuh dengan pesona keglamoran nya hiruk pikuk kegiatan masyarakat nya yang selalu di iringi dengan percakapan-percakapan keras, ala suku Batak yang terkenal dengan watak kerasnya tetapi sesungguh nya hati mereka baik, memang suku mereka lah yang mendominasi kota Medan dan sampai sampai suku mereka yang menjadi ikon Medan padahal Melayu lah suku asli kota Medan. Membuat ku merasa tertantang hidup di kota baru ku ini.

Ada cerita menarik saat pertama kali aku masuk dan merasakan aroma kota ini. Kala itu ayah ku yang turur mengantarkan ku ke kota ini mengajak ku berkeliling keliling kota sejenak. Di tengah perjalanan aku melihat jalan-jalan yang begitu meriah , rame, sampai-sampai macet, sangat berbeda dengan di kampungku di aceh sana, kota kecil yang mengajarkan ku aksara dan berhitung itu. Sampai aku melihat sebuah poster besar di sebrang mesjid raya kota Medan mesjid Al-Maksum namanya , bergambar seorang bapak baruh baya dengan badan sedikit kekar duduk di kursi dengan ekspresi wajah sedikit tertawa kecil dengan tangan menunjuk tulisan “INI MEDAN BUNG”. Aku tersontak dan sedikit kaget dari balik jendela mobil yang aku tumpangi . “ini medan bung!. Ah Jangan sombung kau anak muda kan ku takluk kan kota kau ini!”. Gerutuku dalam hati sambil memandangi poster dengan gambar bapak yang sedikit sombong itu.

“hey..!”. salah satu murid baru menepuk pundak ku dari belakang , sontak membuyarkan lamunanku yang sudah sampai surga kedamaian .

eeh iya”. Jawab ku.

“ngelamun ya?, aku yoga jurusan teknik komputer dan jaringan , kau ?”. mengulurkan tangan memperkenalkan diri nya.

aah hehehe. Ngga, aku dwy , dwy susanto . jurusan teknik komputer dan jaringan juga sama kayak kamu”. Jawab ku membalas perkenalan nya.

oouh bagusla deh kalo gtu, kita bisa barengan , hari pertama udah naksir cewek ?”. goda nya. ternyata dia memperhatikan ku saat mata k uterus memandangi gadis anggun jelita bernama tengku Diba Aliya itu.

ouh, hehehe nggak kok, Cuma .. Cuma.. hehehe!”. aku mulai salah tingkah

“cuma apa ?”

“nggak kok , udah lupain aja, mending dengerin kepala sekolah lagi ngomong”. Melancarkan jurus pengalihan isu.

eummp”. Jawab nya kecewa.

***

Pembagian kelompok telah tiba, satu persatu nama kami di panggil dan di pisah kan barisan nya dengan kelompok nya masing-masing. Jantung ku terus berdebar dan terus berharap agar aku dan Diba satu kelompok.

Dwy susanto!”. Panggilan nama ku bergema dari pengeras suara yang yang terpasang di sudut depan dan belakang. “bergabung ke barisan kelompok 2”.

sial.!”. gerutuku dalam hati. “nggak bisa satu kelompok”. Pikir ku.

Aku tau nama ku paling terakhir di panggil , jadi sudah tentu takkan ada lagi panggilan untuk kelompok 2.

maaf-maaf ada kesalahan tadi”. Seorang panitia yang memegang mic terlihat agak sedikit panik. “maaf tadi ada kesalahan , Dinda Sri Ayu masuk ke kolompok 3 dan Tengku Diba Aliya Masuk ke kelompok 2”. Ucap seorang panitia meralat kesalahan nya.

Sontak hati ku meloncat-loncat kegirangan. Senang tak terkira, apa yang aku harapkan begitu cepat terkabulkan, alam berpihak kepada lelaki kecil yang sedang jatuh cinta saat ini.

hore yes yes yes!”. Aku kegirangan. Hingga tersenyum sendiri.

Dia bergabung ke barisan , dia berdiri tepat di sebalah ku, badan ku gemetar, jantung ke berdegub lebih kencang, jiwa tidak tenang penuh gerogi , aku bingung apa yang harus aku lakukan saat begitu dekat dengan dia. Aku mulai panik, salah tingkah. Keringat di kening mulai mengelembung satu-satu bermunculan. Sesekali aku mengelapnya. Tak satu patah kata pun yang terucap oleh ku sampai pembagian kelompok selesai dan setiap kelompok memisahkan diri , untuk perkenalan dan pembuatan yel-yel.

Disaat perkenalan anggota kelompok, dia lah yang pertama kali mendapat giliran untuk memperkenalkan diri. Disaat perkenalan ini lah untuk pertama kali nya aku melihat senyuman nya, indah, tak tertandingi. Aku seakan memasuki dunia baru , dunia khayak ku, di bawah teduhan pohon rindang ini dengan memanyangga daguku dengan tangan kananku memulai memasuki dunia imaginasi ku, memperkosa pikiranku , mencoba merasuk kedalam jiwa nya. sungguh indah senyuman nya.

perkenalkan nama saya tengku diba aliya , jurusan Teknik Komputer dan Jaringan”. Dia memperkanalkan diri.

Singka padat jelas, membuka harapan ku seluas samudera “alam berpihak untuk kedua kali nya kepadaku”. Pikirku.

***

OSPEK telah berlalu, genap seminggu sudah ku tinggal di kota baru ku ini. Aku mulai terbiasa dengan suasana baru disini yang jauh berbeda dengan apa yang kurasakan waktu di kampong halaman ku, minyapkan makan sendiri, nyuci baju sendiri, nyetrika sendiri, semua sendiri di tambah dengan omelan-omelan kecil ibuk kost yang sedikit cerewet, dan dengan nada keras kalau berbicara pedas sekali , di tambah lagi dengan cacian supir angkutan umum yang marah-marah dengan nada keras hanya karena penumpang yang memberi ongkos kurang. Semua membuat aku sedikit ingin menyerah, karena tidak terbiasa mendengar percakapan-percakapan keras seperti disini, tetapi lambat laun aku mulai terbiasa, dan dapat menempat kan diri dengan baik.

Pagi ini aku bergegas berangkat kesekolah, hati ku sudah tidak sabar ingin merasakan kedamaian yang terpancar dari paras cantik nya. aku rindu memandang matanya yang lentik dan indah itu, merasakan senyuman ceria nya yang seakan menamapar muka ku dan menyibak-nyibakkan poni rambutku, dan aku rindu merasakan aliran nafas nya yang ia hirup melalui hidung yang sangat indah itu.

Di tengah perjalanan ke sekolah , aku berfikir akan kah alam kan berpihak untuk yang ke tiga kali nya kepadaku kali ini, dengan semangat ku yakin kan kehendak alam, seiring ayunan langkah yang semakin cepat menuju sekolah.

Di madding-mading sekolah sudah ditempel selembaran pengumuman pembagian kelas, para siswa-siswi baru berebut menerobos ingin tahu kelasnya diamana. Aku melihat selembar tulisan yang tertulis “TKJ” sebagai judul besarnya. Aku mencoba menerobos.”permisi-permisi!”. Ucapku menerobos barisan. Aku lihat dengan teliti nama ku dari atas kebawah, dan nama ku ada di nmer 6 , karena namaku berawalan “D”. aku lanjutkan pencarian ku terus kebawah samapai nama berawalan “T”. dan ternyata nama “tengku Diba Aliya” satu kelas dengan ku dan berada di nmer urut ke 28. Nmer urut kedua terakhir .

Ini yang aku yakini , alam perpihak untuk ketiga kali nya kepadaku. Aah, senang nya hidup ku.

***

Berada satu kelas bukan jaminan untuk ku dengan leluasa mendekatinya , dan melancarkan jurus jurus jitu untuk memikat hati nya. aku selalu gerogi bila berdekekatan dengan nya,salah tingkah dan diam tanpa kata dengankeringat bercucuran itu lah yang aku rasakan bila berdektan dengan nya. kami sering mengalami bagaimana disaat saat hanya kami berdua di kelas dan teman-teman lain nya pergi keluar, dan lagi-lagi tak kan ada satu patah kata pun yang akan keluar dari mulut kami berdua, kadang aku sesekali memandang nya, dan aku juga merasakan kalau dia juga sesekali memandangiku, dari sudut kejauhan tempat duduk nya.

Aku tak tau cinta seperti apa yang ku rasakan sekarang ini. Jika aku mengatakan kisah percintaan ku ini dengan “Platonik”, apa orang orang akan percaya ?. mungkin mereka tak kan percaya mana mungkin manusia biasa mencintai tanpa nafsu. Tapi ini yang aku rasakan , mencintai seorang gadis keturunan melayu asli, tanpa berfikir aku harus melumat bibir tipis nya , membelai rambut indah di balik jilbab nya. aku hanya ingin memiliki nya dan merasakan kedamaian dalam hatiku ketika aku dekat dengan nya. saat terasa dekat dengan nya dan trus memandang nya aku merasa kedamaian yang begitu indah dalam hatiku, dirinya seperti tuhan yang meberiku kedamaian. Mungkin tuhan kan marah kepadaku. Tapi. Entah lah mungkin aku sudah gila. Gila dengan cinta yang tak kunjung ku ungkap.

***

Tiga tahun berlalu, keadaan cinta ku masih sama , tak terungkap, menikmati cinta tanpa berucap. Aku lulus dengan nilai yang mendekati sempurna , terbukti aku peringkat kedua nilai tertinggi se angkatanku. Semua bergembira karena kami telah lulus sebagai siswa dan akan menjadi mahasiswa, betapa senang nya aku, akhirnya perlahan dapat ku tahlukkan Kota Medan.

Semua sibuk dengan persiapan perpisah sekolah. Pertunjukan tari, drama , nyanyi semua segera di persiapkan.

eh wi nggak mau ikutan kau ?, nyumbang satu lagu kek”. Goda yoga salah satu sahabat ku sejak aku masuk di sekolah ini.

hahaha, nggak ah aku nggak pede kalo nyanyi”. Jawab ku ringan,

udah lah nyanyi aja , kek mana? awak daftarin ya! Sekali ini aja , buat aku”. Desak nya.

alah kau pikir kau siapa , pake demi demi kau pula.!”. aku berdiri dan menarik nya ke meja panitia untuk daftar penampilan. “Okay lah , ayok ! aku daftar”. Dengan berani.

Sebenar nya aku sudah merencana kan ini semua , aku merencana kan di hari perpisahan nanti aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk gadis pujaan ku selama ini. Dan menyatakan perasaan ku dengan nya setelah aku turun dari panggung. Tapi masih ragu.

Hari “H” sudah tiba , para wanita memakai kebaya dan para lelaki nya memakai kemeja batik, semua berpenampilan sederhana.

Aku pandangi gadis yang selama ini membuat ku sedikit gila. Dia duduk di saff ke 2 dan aku berada di saff ke 4 , sehingga kami hanya di pisahkan satu saff bangku di depank. Dengan kebaya warna merah maronnya , dan balutan jilbab yang tak ia tinggalkan , terlihat lebih anggun, seperti seorang pengantin yang menunggu sang pria mengucapkan akad nikah dengan penuh bahagia, seseklai dia di melirik kearah ku di belakang , sambil memegang jilbab nya dan tersenyum kepadaku. Aduhai kenapa baru sekarang dia bersikap seperti ini .

ini merupakan penampilan terakhir, mari kita sambut teman kita dwy yang akan menyanyikan sebuah lagu , kami persilahkan !”. pembawa acara memanggil namaku.

Diba melirik kearah ku dan tersenyum, sambil bibir nya komat kamit , tapi aku tau maksud gerakan mulut nya dia hanya ingin mengucapkan “semangat” , sambil tangan nya mengepal.

“aduhai kenapa nggak dari dulu kek gini”. Batin ku . kepala ku mengangguk dan tersenyum melakah ke atas panggung.

cek cek!”. Aku membuka. “lagu ini aku persembahkan untuk seorang gadis yang selama ini aku cintai, dan dia tak pernah tahu jika aku mencintainya, Sempoerna Andra and the black bound”. Kalimat pembukaku , diiringi dengan petikan senar-senar gitar dari jemariku.

Disaat ku menyanyi , sesekali ku melirik dan menatap tajam mata Diba, seakan memberi kode bahwa dia lah orang yang selama ini aku cintai. Dan dia hanya membalas nya dengan senyuman-senyuman terbaiknya.

jreeeng”. Petikan gitar terakhir. “terimakasih”. Kau mengakhiri dan disambut dengan tepuk tangan para pendengar. Aku turun dari panggung kembali ketempat duduk, dan satu persatu para peserta yang menikmati acara mulai bangkit dari tempat duduk nya masing masing.

Mereka saling berpelukan dan saling mengucapkan kata-kata perpisahan. Aku mulai menghilang dari pandangan mereka, karena ada satu rencana lagi yang belum aku tuntaskan, yaitu menyatakan cintaku pada gadis pujaan ku Tengku Diba Aliya.

Aku bergegas berlari lari kecil menuju kelas , karena sebelum acara aku senaga meninggalkan bunga mawar merah dan sebungkus kado di kelas untuk ku berikan pada Diba. Bunga mawar dan kado sudah bersama ku sekarang, dengan penuh percaya diri, aku mencari Diba dan akan ku berikan bunga dank ado ini sebagai berwujudan cintaku, kan selalu mekar setiap saat.

Dari kejauhan aku melihat sekrumpulan orang berkumpul dan meraka saling sorak-sorai. Dengan 2 orang di tengah-tengah mereka. Aku agak mempercepat jalan ku dan mulai mendekat.

Sontak aku terkejut, ternyata 2 orang yang berada di tengah-tengah orang ramai itu adalah sahabat ku yoga dan gadis ku Tengku Diba Aliya. Aku mulai ragu, detak jantung ku semakin kencang berdetak , aku terus mendekat, dan tidak salah lagi memang benar meraka berdua lah yang aku lihat, yoga dengan gaya bak sang pangeran yang ingin melamar sang putri dan Diba berdiri tegap laksana sang putri yang sedang takjud dengan romansa romantisa yang telah di ciptakan sang pangeran.

Dari kejauhan aku hanya bisa memandang, dan mencoba meyakinkan hati untuk tetap menerima kenyataan, bahwa rencanaku tak berhasil, dan cintaku tak terungkapkan. Dan kini aku harus menerima orang yang aku cintai selama ini, yang aku puja selama ini, yang selalu menghantui mimpi-mimpi ku disetiap tidurku, harus memilih hidup berbahagia dengan sahabat ku sendiri. Dan aku belum menyatakan tentang perasaan ku pada Diba.

Hari itu terasa seperti hari paling buruk yang aku alami. Penghianatan Alam yang tak memihakku. Dunia terasa gelap. Hati terasa di cabik-cabik, oleh rasa kecewa yang amat mendalam. Tak terasa air mata berbicara, dengan menetes perlahan terjatuh dipipi. Sebagai tanda aku sedang berduka, terluka dan kecewa. Baru aku sadari ternyata aku lebih sombong dari bapak baruh baya yang berada di poster saat aku pertama kali aku melihat kota ini. Dengan menantang nya , kan ku takhlukkan kota medan ini. Ternyata aku kalah, aku belum menaklukkan kota ini. Aku belum menaklukan hati seorang gadis Melayu dengan jilbab putih yang aku liat pertama kali di kota ini. Aku telah sombong.

Dengan terseok-seok, badan seakan tak bersendi dan bertulang, lemas . aku tinggalkan kerumunan orang orang itu. Dan.

dwy..!”. Dari kejauhan ada suara laki-laki memanggilku. “tunggu..!”. Dia teriak lagi.

Aku terkejut, aku tahu itu pasti yoga , aku kenal suaranya, bergegas ku hapus airmata ku yang tersisa. Dan menegakkan badan seakan tidak terjadi apa apa.”iyaa!”. aku berbalik dan tersenyum.

Tiba-tiba Diba lari kearahku dan langsung memeluk erat tubuh ku. Aku terkejut, ada apa dengan ini semua. Aku seakan tak percaya dapat begitu dekat dengan Diba dan dia memelukku erat sekarang. Yoga dari kejauhan meyakin kan ku.”Dia pantas buat kau wie, dia baru aja nolak aku. Dia bilang dia udah ada orang yang dia cintai, orang itu kau wie.”. teriak yoga menggebu-gebu.

udah kau takhlukkan kota Medan ini dwy, aku mencintaimu dan aku selalu merindukan mu saat aku jauh dari mu, bawa aku terbang bersama cinta mu dwy.!”. bisik Diba , lirih seakan ingin menangis.

Aku teriak teriak sekuat-kuat nya. “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk!”. Tangan ku terlentang , Diba tetap memelukku erat. “apa aku bilang bapak-bapak poster..!, kan ku takhlukkan kota kau ini !, jangan sombong kau !”. teriakku menggebu-gebu.

TaMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun