Memahami mengapa orang bisa mengalami latah secara berlebihan adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Dengan menggali akar permasalahannya, Kamu dapat membantu diri sendiri atau orang lain untuk menghentikan kebiasaan latah yang mengganggu. Dan pastikan, Kamu juga menjauhi bahaya ikut-ikutan tanpa berpikir panjang yang bisa memperburuk kebiasaan ini.
Bahaya Ikut-ikutan Tanpa Berpikir Panjang
Kebiasaan latah sering kali tidak berdiri sendiri; ada faktor sosial yang memperburuknya. Salah satunya adalah perilaku ikut-ikutan tanpa berpikir panjang. Ketika seseorang di lingkunganmu latah, mungkin Kamu atau orang lain secara refleks menirunya---baik untuk bercanda, ikut terhibur, atau sekadar iseng. Namun, kebiasaan ini bisa membawa dampak yang lebih serius dari yang Kamu bayangkan.
Pertama, ikut-ikutan latah tanpa berpikir panjang dapat memperkuat kebiasaan latah itu sendiri. Ketika seseorang yang latah melihat orang lain menirukan respons mereka, otak mereka mempersepsinya sebagai bentuk penguatan atau validasi. Hal ini justru membuat respons latah mereka semakin sulit untuk dikendalikan. Dalam jangka panjang, latah mereka bukan hanya menjadi kebiasaan, tapi seperti reflex loop yang sulit diputus.
Kedua, perilaku ini dapat berdampak negatif pada hubungan sosial. Bagi si pelaku latah, ikut-ikutan yang terus-menerus bisa terasa melecehkan atau tidak menghargai. Mereka mungkin merasa malu, dipermalukan, atau dianggap tidak serius oleh orang-orang di sekitarnya. Ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan menciptakan jarak dalam hubungan sosial.
Ketiga, kebiasaan ikut-ikutan juga menimbulkan risiko mempermalukan diri sendiri. Mungkin Kamu pernah meniru seseorang yang latah untuk bercanda, tetapi situasi tersebut malah menjadi tidak lucu karena dilakukan di tempat atau momen yang salah. Misalnya, di acara resmi atau di depan orang yang tidak familiar dengan konteks latah. Alih-alih menghibur, ini justru berpotensi merusak citra atau reputasimu sendiri.
Selain itu, ada bahaya tersembunyi dari kebiasaan ikut-ikutan tanpa berpikir panjang: menormalisasi perilaku berlebihan. Ketika latah dianggap hiburan tanpa batas, kita sebagai masyarakat mulai kehilangan empati terhadap orang yang sebenarnya butuh bantuan untuk mengendalikan kebiasaan ini. Kita lupa bahwa ada tips menghentikan kebiasaan latah yang mengganggu yang bisa membantu mereka menjadi lebih nyaman dengan diri mereka sendiri.
Jadi, penting bagi kita untuk berhenti sejenak dan bertanya: Apakah perilaku ikut-ikutan ini membawa manfaat, atau justru memperburuk keadaan? Dengan kesadaran yang lebih tinggi, kita bisa membantu orang yang latah untuk merasa lebih nyaman, alih-alih terus mengurung mereka dalam siklus kebiasaan yang mengganggu.
Kalau Kamu merasa topik ini relate atau bermanfaat, coba pikirkan---seberapa sering latah ini memengaruhi hidupmu atau orang terdekatmu? Mungkin sekarang saatnya untuk mulai bertindak. Aku sudah membuat panduan yang lebih detail tentang bagaimana mengelola dan mengurangi kebiasaan latah yang bisa Kamu tonton di video berikut:Â https://youtu.be/vEfRTE-tAU8.
Klik, tonton, dan mulai langkah kecil untuk memahami serta mengatasi kebiasaan latah! Karena, siapa tahu, perubahan besar dimulai dari keputusan kecil yang Kamu buat hari ini.