Dalam analisis sastra bandingan antara novel "Ngrangsang Lintange Luku" dan "Menjadi Manusia Dewasa", peneliti menemukan bahwa resiliensi diperwakili melalui tokoh utama yang menghadapi tantangan hidup. Dalam "Ngrangsang Lintange Luku", tokoh utama, Siti, menghadapi kehilangan anak dan suami, namun ia tetap berjuang untuk hidup dan mempertahankan kehidupan. Sementara dalam "Menjadi Manusia Dewasa", tokoh utama, Raka, menghadapi kehilangan ibu dan mengalami trauma, namun ia belajar untuk mengatasi kesedihan dan menjadi lebih dewasa.
Masyarakat dalam keduanya novel bereaksi dengan empati dan simpati terhadap perilaku resilient tokoh utama. Mereka memahami bahwa resiliensi adalah bagian dari proses hidup dan bahwa tokoh utama telah mengalami kesedihan, namun mereka juga memahami bahwa kesedihan tidak harus menghentikan hidup. Dalam keduanya novel, penulis menampilkan bagaimana resiliensi dapat membantu seseorang untuk mengatasi kesedihan dan menjadi lebih dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H