Setiap manusia di dunia akan mengalami proses penuaan dan menjadi lanjut usia. Menurut WHO (World Health Organization) lansia merupakan mereka yang sudah berusia 60-74 tahun dan menurut UU RI No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pambudi et al., 2018).
Prevalensi Lanjut Usia (Lansia) di dunia saat ini meningkat pesat. Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan jumlah lansia terbanyak. Indonesia saat ini berada dalam fase transisi menuju aging population, dengan usia harapan hidup untuk pria 71 tahun dan 75 tahun untuk wanita. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2015 adalah 8.6% dari total penduduk Indonesia yang diprediksi akan meningkat menjadi 14.1% pada tahun 2030 dan menjadi 3 kali lipat atau lebih pada tahun 2050. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari delapan negara dengan penduduk lansia terbesar. (Bayu Anggileo Pramesona, 2018) dalam (Boengas et al., 2018). Diprediksi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2025 Indonesia akan menempati posisi 5 besar negara dengan lansia terbanyak di dunia (Kadar, Francis, & Sellick, 2013) dalam (Boengas et al., 2018).
Berbagai penyakit dapat muncul ketika usia sudah menginjak umur 60 tahun ke atas. Hal ini terjadi karena kita mengalami proses penuaan dan fungsi organ tubuh menurun. Penyakit pada mata merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada lansia. Diperkirakan satu dari tiga lansia memiliki gangguan penglihatan. Penyakit mata yang paling umum pada lansia di antaranya adalah presbiopi, glaukoma, katarak, dan degenerasi makula terkait usia (AMD). Namun tidak perlu khawatir karena ada berbagai cara untuk menjaga kesehatan mata dan mencegah kerusakan serius di usia lanjut (Tunggal, 2022).
Proses degeneratif fungsi tubuh merupakan proses alami tubuh manusia yang harus diperhatikan setiap orang. Proses ini berimplikasi pada terjadinya berbagai masalah kesehatan. Salah satu nya pada bagian mata.
1. Presbiopia
Presbiopia merupakan penurunan lensa mata berfokus pada objek yang berjarak dekat. Penyakit ini biasa disebut “mata tua” dan kebanyakan dialami oleh orang berumur > 40 tahun. Alat bantu yang bisa digunakan untuk mengurangi efek yaitu dengan menggunakan kacamata baca (Surahmat, 2021).
2. Katarak
Katarak atau kekeruhan pada lensa mata merupakan penyebab utama kebutaan di lndonesia. Dilansir dari laman pusat berita Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2017, terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan. Sebanyak 1,6 juta orang buta ditambah dengan 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat (Prasetya, 2022).
Pengidap katarak biasanya mengalami penglihatan yang buram dan kabur. Selain itu, penderita katarak mengalami kesulitan melihat di malam hari, peka terhadap cahaya yang terang atau silau, melihat “lingkaran cahaya” saat menatap lampu, mengalami penglihatan ganda, dan warna mata terlihat pudar. Salah satu gejala katarak lainnya adalah warna bola mata yang lebih pucat (Kesehatan, 2022). Gejala klinis lain dari penyakit ini dimulai dari penglihatan kabur, mata lebih sensitif, dan benda selalu terlihat dua. Parahnya, warna di penglihatan mata akan berubah menjadi kuning atau cokelat. Gangguan tersebut dapat dicegah dengan penggunaan lensa yang dapat memblokir sinar UV masuk ke mata. Menggunakan ZEISS Dura Vision Silver with UV Protect adalah pencegahan terbaik untuk menangkal sinar UV. Baiknya diselingi dengan mengonsumsi vitamin A, tidak merokok, dan menghindari minum minuman beralkohol (Tunggal, 2022).
3. Glaukoma
Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terdapat kerusakan pada saraf mata dan umumnya terjadi secara perlahan dan menahun (kronis). Glaukoma merupakan penyebab kebutaan permanen nomor 3 didunia. Di Indonesia 4-5 orang per 1000 penduduk menderita glaukoma. Gejala yang dapat dirasakan oleh penderita glaukoma diantara lain pandangan kabur atau buram, jalan sering tersandung atau menabrak akibat penyempitan lapang pandang, rasa pegal atau nyeri di mata, serta kemerahan pada mata. Kebanyakan penderita glaukoma disertai dengan peningkatan tekanan bola mata (intraokular), namun ada juga jenis glaukoma yang tidak disertai dengan peningkatan tekanan bola mata.
- Pemeriksaan tekanan bola mata adalah salah satu pemeriksaan yang akan dilakukan pada screening glaukoma. Pemeriksaan tekanan bola mata dapat dilakukan dengan teknik tanpa sentuhan ke bola mata menggunakan angin (non-contact) ataupun dengan pemeriksaan yang menyentuh bola mata (contact).
- Pemeriksaan rutin mata, terutama pemeriksaan saraf mata juga akan dilakukan untuk evaluasi kelainan glaukoma. Apabila terdapat kelainan, dapat dilakukan foto saraf mata. Selain itu, pemeriksaan lain yang akan dilakukan adalah pemeriksaan lapang pandang. Lapang pandang merupakan standar baku untuk menentukan diagnosis glaukoma, karena dapat menunjukkan kelainan pada fungsi saraf mata. Pemeriksaan lapang pandang dilakukan menggunakan teknologi komputerisasi bernama Humphrey Automated Perimetry (Witjaksono, 2022).
Referensi
Boengas, S., Usia, P. L., Pasifik, A., Pramesona, B. A., & Dunia, B. K. (2018). Mengawal kesehatan penglihatan lansia untuk mewujudkan lansia tangguh.
Kesehatan, A. (2022). Mengenal Katarak Gangguan Mata Lansia yang menyebabkan kebutaan. Artikel Kesehatan Mitra Keluarga. https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/katarak-adalah
Pambudi, H. A., Dwidiyanti, M., & Wijayanti, D. Y. (2018). Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia. 2018.