Mohon tunggu...
Dwi Yuniarahmah
Dwi Yuniarahmah Mohon Tunggu... Perawat - Nursing Student Writter

-

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pastikan Tidak Melakukan Kebiasaan-Kebiasaan Ini kalau Tidak Mau Terkena Diabetes Mellitus

21 April 2022   23:12 Diperbarui: 21 April 2022   23:32 3030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

        Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Klasifikasi DM secara umum terdiri atas DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) dan DM tipe 2 atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM). DM tipe 2 terjadi karena sel pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah sedikit atau mengalami resistensi insulin. Jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 5-10% dan DM tipe 2 sebanyak 90-95% dari penderita DM di seluruh dunia (Nurdin, 2021).

        DM sebagai permasalahan global terus meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) prevalensi DM global pada tahun 2019 diperkirakan 9,3% (463 juta orang), naik menjadi 10,2% (578 juta) pada tahun 2030 dan 10,9% (700 juta) pada tahun 2045 (IDF, 2019).  Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat 7 sebagai negara dengan penyandang DM terbanyak di dunia dan diperkirakan akan naik peringkat 6 pada tahun 2040 (Perkeni, 2020)

        Gambar diatas adalah salah satu komplikasi atau dampak dari diabetes. Peningkatan gula darah dapat merusak saraf sehingga memicu terjadinya Neuropati Perifer atau kematian saraf perifer. Neuropati perifer menyebabkan kehilangan sensasi terhadap rasa nyeri. Akibatnya, luka dapat sering terjadi. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi aliran darah menuju bagian tepi. Kalau sudah begini akan parah karena nutrisi dan oksigen tidak tersalurkan secara maksimal pada daerah luka, apalagi sel darah putih. Akibatnya, luka akan terus memburuk, parah, dan berakhir busuk. Inilah gangrene.

        Diabetes bisa terjadi karena resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi ketika insulin tidak lagi diproduksi sehingga glukosa akan terombang-ambing di dalam darah. Insulin berperan juga sebagai pintu masuk sel dalam menerima glukosa. Jika tidak ada insulin, sel akan starvasi (kelaparan). Itulah kenapa penderita diabetes akan kurus meski sudah makan banyak. 

        Terkadang, kebiasaan-kebiasaan yang sering atau selalu kita lakukan dapat memicu atau meningkatkan risiko diabetes, tanpa kita sadari. Berikut ini merupakan beberapa kebiasaan yang dapat memicu terjadi nya Diabetes Mellitus. (Kaditai, Pati et al., 2016)

Eat Late atau Makan Tidak Teratur

Makan yang tidak teratur dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula dalam darah. Fluktuasi adalah naik turunnya kadar gula yang tidak stabil. Akibatnya, tubuh akan berusaha menyeimbangkan fluktuasi tersebut dengan memproduksi banyak sekali insulin. Kalau terus dibiarkan, kerja pankreas akan lebih berat. Lambat laun, pankreas akan rusak dan tidak lagi memproduksi insulin.

Eat Junk Food Everyday / Makanan Junk Food

Kandungan lemak trans dan lemak jenuh pada junk food sangat tinggi. Apabila lemak tersebut masuk dalam darah darah, peningkatan kadar trigliserida dapat terjadi. Padahal tingginya kadar trigliserida dalam darah dapat memicu diabetes tipe 2. Penelitian yang dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa orang yang makan junk food dua kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko resistensi insulin.

Minuman Soda / Minuman Manis

Berdasarkan penelitian, risiko diabetes dapat meningkat 26% bagi mereka yang minum soda setiap harinya. Studi tahun 2016 menunjukkan bahwa minuman manis berkontribusi terhadap perkembangan resistensi insulin dan pradiabetes. Selain itu, soda punya level indeks glikemik yang tinggi dan secara langsung meningkatkan risiko resistensi insulin.

Terlalu Banyak Makan Karbo Dan Gula

Yang seperti ini sudah jelas sekali ya. Kalau makan tolong seimbangkan antara karbohidrat, protein, mineral, dan yang lain. Misalnya, saat makan mie tidak campur nasi. Lalu bagaimana mengatur porsi makan? Berikut ini ada aturan sederhana untuk mengatur porsi makan mu dalam piring. (P2PTM Kemenkes RI, 2019)

(Kementerian Kesehatan RI, 2019)
(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Porsi sekali makan ialah Makanan pokok (sumber kabohidrat) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring. Lauk pauk (sumber protein) dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.



Jarang Berolahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun