Konsep etika yang disebut "etika eudaimonia" berfokus pada kebajikan atau moralitas sebagai bagian penting dari mencapai eudaimonia, atau kebahagiaan yang sejati. Dalam etika, eudaimonia merujuk pada keadaan di mana seseorang mencapai potensi terbaiknya, hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang kuat, dan secara keseluruhan berkembang menjadi orang yang lebih baik.
Aristoteles menciptakan teori Eudaimonia, yang menekankan bahwa kebajikan moral seperti keberanian, kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keadilan sangat penting untuk mencapai kebahagiaan sejati. Eudaimonia juga mencakup keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan, yang mencakup keseimbangan antara kebahagiaan pribadi dan kepentingan masyarakat serta harmoni antara berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, keluarga, dan pertumbuhan spiritual.
Etika Eudaimonia menawarkan beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam upaya mencapai prestasi diri. Pertama, tujuan hidup yang dinyatakan harus signifikan dan bermakna bagi individu. Pencapaian prestasi diri harus terkait dengan tujuan yang lebih tinggi dan berdampak positif pada diri sendiri dan masyarakat sekitar. Kedua, eudaimonia berfokus pada kebajikan atau moralitas sebagai bagian dari mencapai eudaimonia, sehingga individu harus secara aktif terlibat dalam pembentukan karakter mereka dan membuat keputusan.
Dengan memahami etika eudaimonia, seseorang dapat menjadi lebih sadar diri dan memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Mereka juga dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan dalam diri mereka melalui pengembangan potensi unik mereka. Hal ini melibatkan perkembangan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H