Para penggemar film superhero pasti tahu film Man of Steel. Film yang di Indonesia mulai diputar pada 13 Juni 2013 ini menyajikan cerita Superman a.k.a. Kal El/Clark Kent yang kali ini menghadapi General Zod sebagai musuhnya. Para penggemar Superman mungkin beranggapan bahwa General Zod masih kalah populer dengan musuh Superman lainnya yakni Lex Luthor, namun jangan salah jika diamati benar, justru akan ditemukan fakta luar biasa bahwa General Zod sesungguhnya bukan sekadar musuh Superman yang sangat jahat, namun di sisi lain ia juga mempunyai rasa kepemimpinan dan rela berkorban yang besar.
Lihat saja adegan di mana General Zod meminta pada Jor-El, ayah Kal-El, untuk turut bersamanya mencoba memperbaiki Krypton yang sedang sekarat. Di sini, terlihat bahwa sebenarnya General Zod menyadari dan berusaha menyelamatkan planetnya untuk kelangsungan hidup makhluk Krypton yang terancam punah karena tidak punya planet lagi, meskipun akhirnya keinginan itu ditolak oleh Jor-El karena ia tahu bahwa Zod adalah seseorang yang jahat. Cerita pun bergulir di mana diceritakan Zod yang berusaha untuk menghidupkan kembali Krypton dengan cara mengubah bumi menjadi seperti Krypton. Walaupun pada akhirnya Zod harus kalah, namun ia kalah secara terhormat setelah bertarung mati-matian dengan Superman. Kalau ia mau, ia bisa saja lari dan menyerah, namun itu tidak dilakukannya.
Memang dari gambaran seorang General Zod di atas, tidak ada hal yang bisa membenarkan kejahatannya, namun yang harus digarisbawahi adalah sifat rela berkorban dan tanggung jawabnya demi kehidupan bangsanya, bangsa Krypton. Di satu adegan ia berkata pada Superman, “…I exist only to protect Krypton…“. Intinya, apa yang ia lakukan adalah demi eksistensi bangsa Krypton. Baiklah itu hanyalah kisah seorang pemimpin di cerita fiksi saja, sekarang mari kita menatap dunia nyata yang kita hadapi sekarang untuk melihat apakah ada pemimpin yang seperti Zod atau malah lebih jahat dari dia?.
Baru-baru ini kita disuguhkan dengan fakta yang ada di lapangan bahwa semakin banyak pejabat dan wakil rakyat yang terlibat kasus korupsi. Bila diamati dengan seksama, maka akan terlihat beberapa di antara para pemimpin yang dari luar kelihatan baik, dan terlihat mempedulikan serta memerhatikan rakyatnya pada saat kampanye, sehingga rakyat mempercayainya, dan memberinya amanah untuk memangku jabatan sebagai seorang pemimpin, tempat di mana harapan rakyat akan kehidupan yang lebih baik disandarkan. Akan tetapi, pada kenyataannya, rakyat dikecewakan oleh fakta yang ada, bahwa pemimpin yang mereka hormati adalah seorang koruptor.
Dengan kata lain, masyarakat telah tertipu oleh janji-janji manis oknum pemimpin yang tidak bertanggung jawab tersebut. Sekarang mari kita bandingkan kedua jenis tabiat pemimpin di atas, yang satunya berbuat kejahatan namun demi kepentingan rakyatnya, satunya lagi terlihat baik dan mencintai rakyatnya, padahal ia tidak lebih dari tikus pengerat kehidupan rakyatnya. Memang kedunya sama-sama buruk, namun di sini terlihat perbedaan mendasar dari kedua jenis pemimpin tersebut, jika pemimpin yang pertama berlaku terang-terangan sebagai orang jahat, lain halnya dengan jenis pemimpin yang kedua yang pura-pura baik terhadap rakyatnya, dan di sinilah letak kejahatan yang sesungguhnya itu berada, “kemunafikan”.
Seorang pemimpin yang munafik dengan berpura pura baik justru jauh lebih berbahaya daripada seorang pemimpin yang terang-terangan jahat namun untuk kepentingan orang lain, bahkan bisa saja ini termasuk golongan yang paling berbahaya dari semua bentuk kejahatan yang ada. Bagaimana tidak? Rakyat disuguhi hal-hal semu belaka yang berlabel untuk kepentingan rakyat, padahal itu untuk kepentingannya saja.
Berlabel demi pembangunan, uang rakyat dikorupsi secara masif, nepotisme tumbuh subur bagai rumput di musim hujan, yang mengakibatkan rakyat semakin hidup menderita, inilah kejahatan yang sesungguhnya. Akan tetapi parahnya, rakyat tetap saja bisa dibodohi dengan lagak pemimpin itu sendiri yang layaknya seseorang yang pro rakyat, dengan janji-janji dan retorika yang membuai namun tak kunjung terpenuhi. Pemimpin jenis ini juga sesungguhnya pengecut, karena ia tidak berani menampakkan wajahnya yang sesungguhnya, ia juga tega mengorbankan rakyatnya untuk kepentingan sendiri.
Coba bandingkan dengan sosok pemimpin seperti General Zod yang terang-terangan mengaku kalau ia jahat yang semuanya itu ditujukan untuk rakyatnya walaupun harus mengorbankan bangsa lain. Bolehlah kita agak bersimpati dengan tindakan General Zod tersebut, meskipun hal itu tetap saja salah. Namun perlu diakui bahwa kita memang merindukan sosok pemimpin yang apa adanya, jujur, mau berkorban untuk rakyatnya sampai titik darah penghabisan seperti General Zod, namun bukan berarti kita setuju untuk mengorbankan orang lain seperti yang dilakukan Zod. Intinya, mari mulai sekarang kita lebih waspada dengan para pemimpin yang hanya terlihat baik dari luarnya saja, namun sebenarnya menyengsarakan rakyatnya. Namun mari kita tetap yakin bahwa masih banyak para pemimpin yang baik di negeri ini. Untuk hal ini bolehlah kiranya kita memetik pelajaran dari seorang General Zod.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H