Dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, harga telor dipasaran mengalami kenaikan drastis. Mungkin ini disebabkan oleh para peternak ayam yang kurang menghasilkan telor, atau permintaan dari konsumen terlalu tinggi sehingga produsen telor kehabisan stok.
Adakah hubungannya harga telor dipasaran naik, dengan turunnya harga diri?. Bila dikaitkan dengan telor yang berasal dari ayam ras, kenaikan harga telor sampai saat ini mencapai 35 persen . Lalu berapakah turunnya nilai harga diri ? Bisakah harga diri diperjual belikan ? Sepertinya bisa diukur dan dinilai dengan sesuatu yang materil. Ngak percaya ? Coba kita tanyakan kepada rumput dan ilalang.
Bila kita berbicara tentang harga diri, tentulah jelas bahwa harga diri dapat dibeli dengan melakukan kezaliman seperti korupsi, kolusi dan nepotisme, sungguh merupakan penyakit kronis yang tidak bisa diobati oleh para dokter. Sungguh tidak adil rasanya seorang yang dipercaya untuk mengemban tugasnya, menyelewengkan amanah dan mengenyampingkan penderitaan rakyat dan mau diperbudak harta untuk kesenangan pribadi serta memperkaya diri. Turunkah harga diri ? . Kita sebagai makhluk sosial harus saling berinteraksi dengan baik sesama insan manusia dan saling menjaga kepercayaan . Lalu kemanakah perginya kepercayaan rakyat yang diemban penuh oleh orang-orang yang kita percaya yang seharusnya jadi panutan.
Penyalah gunaan wewenang pada saat ini sangat menonjol terjadi hampir disemua sisi, dimulai dari kasus-kasus kecil sampai kasus yang paling besar. Bahkan mereka seolah-olah bangga dan sombong dengan banyak harta, walau dengan cara KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme) sekalipun. Bagi yang telah melanggar norma-norma beragama, bermasyarakat dan bernegara apakah hidupnya merasa aman dan tentram ? .
Apakah budaya malu telah sirna dari bumi kita Indonesia ? Bukankah jika melakukan KKN telah merusak pondasi negara yang telah dibentuk oleh para pahlawan kita terdahulu ? Sepertinya yang ada dalam pikiran mereka adalah menikmati materi yang didapat untuk kepuasan nafsu duniawi belaka yang hanya sementara.
Jika harga telor turun, masyarakat senang dan bergembira karena dapat menghemat pengeluaran mereka. Sebaliknya masyarakat membenci orang-orang zalim yang melakukan perbuatan zalim seperti korupsi, kolusi dan nepotisme dan turunlah harga diri orang-orang ini. Maka mari kita pelihara harga diri dengan tidak melakukan kezaliman. Wallahu a'lam bishawabi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H