Sejenak melepaskan diri dari pernak pernik pelajaran yang selalu berjibaku dan menguras pikiran. "Sekali tepuk dua lalat" satu kali melakukan pekerjaan, mendapatkan beberapa hasil atau keuntungan. Begitulah versinya siswa mengambil keuntungan sambil belajar dan mengungkapkan rasa happy day  berwisata budaya alam minang kabau.Â
Berawal dari materi pembelajaran siswa mengenai sejarah Bumi Alam Minang kabau yang bertumpu pada peninggalan Prasasti Pagaruyung, seluruh siswa kelas 5 dan beberapa guru yang berkompeten juga ikut serta menjajaki asal muasal terjadinya pemerintahan Raja Adityarman. Asyiik...! Â Lagi-lagi para siswa senang bukan kepalang.
Maksud hati melaju kelokasi yang ditujupun telah sampai. Rombongan wisata melebur bersama angin mamiri yang terpasang kinipun menyaksikan betapa uniknya sejarah alam minang kabau yang bernama batu batikam, artinya batu berlubang, yang tinggi 55 cm, tebal 20cm dan lebar 45 cm. Menurut kabar berita (sejarahnya), batu batikam ini terjadinya kesalah pahaman dua orang bersaudara satu ibu berlainan ayah yang bernama Datuak Katumangguangan dan Datuak Parpatih Nan sabatang. Namanya batu batikam dikarenakan akibat tusukan keris Datuak Parpatih Nan Sabatang. Â Meskipun batunya terkesan menyeramkan, namun mampu menarik minat wisatawan untuk menyusuri Bukit Gombak Kecamatan Tanjung Emas Batusangkar yang dikenal dengan Situs Cagar Budaya Prasasti Pagaruyuang .
Ragam budaya dan segala bentuk keunikannya, rasanya tak puas mata memandang. Meski sejauh jauh mata memandang namun rumah tempat peraduan terkenang juga, hehe akhirnya lelah menerpa, sehingga jalan menuju pulang akhirnya ditempuh juga. Salam…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H