Malam itu, dengan mengendap-ngendap Some datang ketempat ronda. Dia berusaha mengatur nafasnya dalam-dalam, karena takut keterlambatannya diketahui oleh sang ketua yang lagi fokus menyaksikan duel seru permainan catur antara Somat dan Mamat
Menyadari Some sudah berada ditengah-tengah mereka “ Kemana aja kamu Some, kok terlambat ?” sang ketua memulai bicara.
“ BiasalahKetua, aku melihat bidadari yang matanya bersinar terang di tikungan jalan itu”
“ Ah yang benar kamu”, yang lainnya menimpali.
“ Iya, suwer deh, aku nggak bohong, ingin lihat, yok aku temani” jawab Some.
Karena penasaranmereka segera berlalu menuju ke TKP.
Sesampainya disana, benar...mereka melihat ada yang bersinar terang dibawah pepohonan rindang disamping rumah seorang kakek tua yang tinggal sendirian. Lalu mereka mendekati dengan jalan layaknya detektif handal. Tak sadar mereka sudah semakin dekat. Tak ayal mereka lari terbirit-birit, karena bidadari yang dibilang si Some bukannya seorang wanita cantik melainkan si Belang.
Ditempat ronda, si Some harus merelakan pundaknya ditimpuk rame-rame mulai dari sang Ketua, Somat dan Mamat. Rupanya si Belang itu Macan piaraan sikakek tua yang sering diledekin oleh Some dengan GaEk yang suka (Gaul dan Eksis).
Salam Humor...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H