Baru-baru ini pada hari Rabu tanggal 7 Januari 2015, kantor majalah Charlie Hebdo diserang oleh sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal. Sekumpulan orang tak dikenal tersebut menembak para staff majalah yang telah mereka targetkan sejak awal. Alhasil mereka berhasil membunuh 12 orang staff serta melukai beberapa lainnya. Rencana penyerangan ini terbilang sangat terencana dan rapi, bagaimana tidak? Beberapa jam sebelum mereka melakukan aksi brutal tersebut, presiden Perancis, François Hollande, beserta iring-iringannya sempat melewati daerah tersebut dan tentunya polisi sekitar telah mensterilkan wilayah tersebut dari jangkauan beberapa kilometer jauhnya. Namun penyerangan tersebut justru berjalan sangat mulus dan tanpa hambatan.
Setelah kejadian tersebut, informasi menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia dan mengundang aksi simpatik orang-orang di belahan bumi ini. Dan dengan cepat pula kecaman terhadap pelaku penembakan mengalir di internet. Namun terdapat pula kecaman yang justru di alamatkan kepada Islam, bukan pelaku penembakan. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi yang mencengangkan dimana ketika terdapat sebuah tindakan terorisme, maka yang pertama patut untuk disalahkan adalah Islam dan muslim.
Mungkin memang benar pelaku penembakan merupakan seorang muslim, namun bukan berarti seluruh ajaran Islam atau bahkan Nabi Muhammad SAW patut untuk dihina. Islam mengajarkan kedamaian pada umatnya, mengajarkan kerukunan antar umat beragama, dan mengajarkan kepada umatnya untuk tidak bersikap emosional dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadis. Sehingga merupakan suatu kesalahan yang besar ketika media maupun orang-orang tertentu mencoba untuk mengaitkan terorisme dengan islam.
Saya pun sebagai umat muslim mengecam tindakan penembakan di kantor Charlie Hebdo yang telah menimbulkan korban yang begitu banyak, pengecaman ini murni merupakan kata hati tanpa berpihak pada agama atau aturan tertentu, penembakan ini telah menodai arti kata kemanusiaan. Namun, bukan berarti saya secara tidak langsung setuju dengan konten yang dimuat dalam majalah ini.
Charlie Hebdo seperti yang kita ketahui bahwa majalah ini menggunakan karikatur dan sindiran agar dapat memancing ketertarikan pembaca. Strategi ini cukup unik karena karikatur dapat menggugah selera untuk membaca dan dengan sindiran dapat meluapkan tawa atau bahkan emosi pembaca. Namun hal itu tidak akan terjadi jika topik utama yang mereka angkat adalah hal-hal yang biasa saja. Hal-hal yang berbau politik, otoriter, militer, maupun agama merupakan topik utama yang sangat menarik untuk diangkat.
Seperti tak kenal ancaman dan ketakutan, para wartawan, penulis, dan komikus mulai bekerja menulis sindiran dengan topik utama yang menurut mereka hal-hal yang sangat sensitif untuk diperbincangkan. Dari mulai presiden yang digambarkan telanjang, Paus yang mengangkat kondom, atau bahkan menggambarkan karakter Nabi Muhammad SAW.
Diantara topik-topik yang mereka angkat, hanya topik berbau agama sajalah yang dapat betahan lama go international. Topik tersebut dapat menimbulkan pro kontra yang pada ujungnya akan melambungkan nama Charlie Hebdo. Ketika Islam diserang dengan menggambarkan karikatur Nabi, sebagian umat lain akan tertawa, menyindir, dan mensupport keberadaan Charlie Hebdo. Ketika umat kristiani diserang oleh Charlie Hebdo diserang menggunakan karikatur Yesus maka sebagian besar umat lain akan melakukan hal yang sama. Trik ini seperti sebuah trik adu domba yang tidak bakal ada hentinya dan nama Charlie Hebdo akan terus melonjak.
Strategi diatas akan mengokohkan ketenaran Charlie Hebdo, opini yang mereka gambarkan sudah kelewatan batas, bagaimana mungkin sosok Nabi bagi muslim, Yesus bagi kristiani, maupun tokoh yang sangat dihargai beberapa umat di bumi dihubung-hubungkan dengan kejadian saat ini. Mereka terlihat seperti kehilangan akal untuk menulis sindiran yang lebih aktual tanpa menghubungkannya dengan tokoh-tokoh agama yang telah lalu.
Ketenaran yang didapat Charlie Hebdo menurut sebagian orang merupakan cerminan keberhasilan kebebasan, namun apakah mereka sadar bahwa kebebasan yang melekat pada Charlie Hebdo berarti merupakan pengekangan bagi orang lain? Apakah itu yang disebut kebebasan berpendapat? Ataukah kebebasan berpihak? Lihatlah bagaimana umat muslim dilecehkan di Perancis, masjid-masjid diserang setelah kejadian penembakan, dan masih banyak lagi tindakan anarkis yang timbul setelah penembakan itu sendiri.
Setiap agama di dunia membawa ajaran kedamaian di dalamnya, namun belum tentu setiap umat beragama tertanam di dalam dirinya sebuah kedamaian, setiap manusia memiliki emosi yang menghambat kedamaian, dan Charlie Hebdo datang seperti bom yang meledakkan emosi di tiap insan tersebut, meruntuhkan segala macam kedamaian yang telah ada.
Karikatur Nabi Muhammad SAW yang pernah dicantumkan oleh Charlie Hebdo boleh dikatakan sebagai “Nabi” untuk orang-orang yang tidak mengetahui Islam, namun bagi saya sebagai seorang umat muslim, apa yang digambarkan dalam tabloid tersebut bukanlah Nabi yang sesungguhnya karena bagi saya, Nabi merupakan sosok jauh dari kata keburukan, keberadaannya tidak dapat direpresentasikan dengan gambar dan tindakannya merupakan suri tauladan yang jauh dari kata buruk seperti yang tergambar pada tabloid tersebut.