Mohon tunggu...
Dwi Widayanti
Dwi Widayanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN SUNAN KALIJAGA

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sisa Sejarah "Memorial Jenderal HM Soeharto"

4 Januari 2014   09:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:10 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388803732704769751

[caption id="attachment_303724" align="aligncenter" width="346" caption="https://www.facebook.com/MuseumSoehartoKemusuk"][/caption] Memorial Jenderal Besar HM Soeharto yang lebih di kenal masyarakat sebagai Museum Soeharto. Museum yang terletak didesa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu Bantul saat liburan kali ini banyak dikunjungi wisatawan yang ingin melihat-lihat peninggalan beliau yang berada dimuseum. Banyak bus-bus besar yang setiap harinya melewati jl. Pedes-Godean yang menjadi jalur utama ketika akan mengunjungi museum. Pengunjung yang datang banyak dari kalangan pelajar dan mahasiswa ada juga pejabat dari Jakarta. Museum ini didirikan untuk mengenang jasa dan pegabdian Pak Harto semasa hidupnya untuk bangsa Indonesia. Di museum ini juga di pajang berbagai prestasi beliau semasa menjabat sebagao Presiden RI selama 32 tahun. Museum ini dibangun dan diresmikan oleh Bapak H. Probosutedjo (adik tiri Pak Harto) dan anak pertama Pak Harto, Siri Hardiyanti Rukmana. Ramainya kunjungan ke museum karena liburan natal dan tahun baru kali ini dibarengi dengan liburan anak-anak sekolah. Lokasi museum tidak sulit untuk ditemukan, lokasi museum bisa diakses melalui beberapa jalan utama seperti jalan Wates dan jalan Godean. Sejak kedatangan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono beserta ibu Negara Ani Yudhoyono pada tanggal 18 Oktober 2013, Museum Soeharto makin banyak dikunjungi wisatawan domestik.Museum Soeharto dibangun diatas tanah kelahiran Pak Harto. Museum Soeharto diresmikan pada 8 Juni 2013. Peresmian museum bertepatan dengan hari ulang tahun Soeharto yang ke- 92. Pada waktu itu peresmian dihadiri oleh anak-anak Soeharto seperti Tommy Soeharto dan Titiek Soeharto. Museum seluas 3.620 meter persegi ini terdiri atas 4 bangunan yaitu jogjo, rumah 2 eyang Soeharto (Notosudiro dan Atmosudiro), serta petilasan tempat lahir Soeharto. Saat liburan kali ini saya juga sempat mengunjungi museum ini. Pagar dan gerbangnya di dominasi warna putih yang terlihat megah. Di pintu masuknya terlihat jelas patung Soeharto menggunakan seragam perwira militer setinggi 2 meter dengan latar belakang bangunan joglo yang merupakan bangunan utama museum. Sebelum masuk kedalam museum pengunjung wajib mengisi buku daftar kunjungan. Kesan pertama melihat bangunan joglo museum ini terlihat tradisional ternyata setelah masuk kedalam kesan tradisional tersebut perlahan hilang. Museum memorial ini cukup modern kaarena sebagian besar sudah menggunakan peralatan elektronik. Pintu masuk museum sudah menggunakan sensor otomatis, gambar-gambar yang ditampilkan sebagian besar menggunakan projecktor, menggunakan buku-buku elektronik melalui media komputer touchscreen. Disamping barat pintu gerbang terdapat relief-relief diorama, relief sa-sa-sa da nada juga stimulasi kehidupan masa kecil HM Soeharto. Setelah masuk museum yang terlihat adalah foto-foto Soeharto beserta sejarah masa pemerintahan Soeharto yang mencapai 32 tahun tersebut. Di bangunan joglo diputar video beserta informasi yang bisa dilihat dan dibaca dalam bentuk computer touchscreen. Bangunan joglo biasanya digunakan untuk istirahat sembari menikmati video-video Soeharto.

Di lingkungan museum juga terdapat sumur tempat Pak Harto pertama kali mandi ketika dilahirkan. Konon katanya sumur tersebut usianya telah 150 tahun dan airnya tidak pernah kering. Di dalam diorama Museum Soeharto ada satu tempat yang unik yaitu sebuah instalasi roll film yang berisi dokumentasi visual gerak tentang perjuangan jenderal Soeharto pada masanya. Di tempat itu jadi tempat favorit wisatawan untuk foto-foto, mungkin karena bentuknya yang unik. Selain itu kita di suguhi diaroma perjuangan Pak Harto ketika melakukan koordinasi dengan Pangsar Jenderal Soedirman ketika SO 1 Maret 1949. Di dalam diorama ini kita juga bisa melihat foto-foto ketika Pak Harto menerima penghargaan dalam melakukan swasembada pangan.

Yang penasaran sama Museum Soeharto, langsung saja mengunjunginya di desa Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun