Bayangkan sebuah mesin yang dirancang untuk menjaga roda ekonomi tetap berputar lancar. Mesin itu terdiri dari ribuan suku cadang---roda gigi, baut, dan bantalan---semuanya memiliki peran penting. Namun, apa jadinya jika beberapa suku cadang vital aus atau hilang? Mesin itu akan kehilangan efisiensi, bahkan berhenti total. Begitulah sistem perpajakan tanpa pegawai pajak yang kompeten. Mereka adalah suku cadang utama yang memastikan sistem ini berfungsi optimal, terutama dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (Tax Compliance) adalah salah satu indikator vital stabilitas ekonomi sebuah negara. Tingkat kepatuhan mencerminkan keberhasilan pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan yang diperlukan untuk membiayai pembangunan. Pegawai pajak menjadi "teknisi" utama yang menjaga mesin perpajakan tetap berjalan. Namun, peran ini hanya dapat dilakukan dengan kompetensi yang memadai, mencakup aspek profesional, operasional, dan manajerial. Setiap elemen ini berfungsi layaknya suku cadang yang saling melengkapi untuk memastikan efisiensi dan efektivitas sistem perpajakan.
Kompetensi profesional ibarat baut-baut pengunci yang menjaga stabilitas keseluruhan mesin perpajakan. Elemen ini menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan efektivitas sistem, terutama dalam mendorong kepatuhan wajib pajak. Dorongan kuat untuk mencapai target penerimaan tercermin melalui Drive for Results, sedangkan kemampuan Oral & Written Communication memungkinkan pegawai pajak menyampaikan aturan perpajakan yang kompleks dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Decision Making dan Analytical Thinking menjadi penting dalam menganalisis data dan mengambil keputusan strategis yang mendukung penegakan kebijakan pajak. Selain itu, Customer Focus membangun hubungan konstruktif dengan wajib pajak, menciptakan kepercayaan dan mendorong kepatuhan secara sukarela. Dalam menghadapi tekanan kerja tinggi dan perubahan kebijakan, Adaptability to Change serta Coping with Stress memastikan pegawai pajak tetap produktif. Di era digital, Technological Ability dan Data Management memungkinkan mereka memanfaatkan teknologi untuk mengelola data secara efisien dan akurat, termasuk penggunaan Artificial Intelligence (AI). Kombinasi kompetensi ini menciptakan pegawai pajak yang tidak hanya kompeten secara teknis tetapi juga mampu menjaga hubungan positif dengan wajib pajak, memastikan sistem perpajakan berjalan efektif dan transparan.
Kompetensi operasional ibarat roda gigi yang menggerakkan mesin perpajakan, memastikan setiap proses berjalan lancar dan efisien untuk mendukung Tax Compliance. Pemahaman mendalam tentang Tax Legislation memungkinkan pegawai pajak menjalankan kebijakan secara tepat dan memastikan keadilan bagi semua pihak, sementara Taxpayer Compliance dan Risk Management and Analysis membantu mendeteksi potensi ketidakpatuhan serta risiko yang mengancam pendapatan negara. Dalam audit dan pengumpulan pajak, keterampilan seperti Tax Audit dan Tax Collection menjadi sangat penting untuk menilai akurasi laporan pajak dan memastikan pembayaran tepat waktu. Di era digital, kemampuan menggunakan Operational and Advanced Tax Relevant Data Analytics memberikan keunggulan dalam memprediksi pola penghindaran pajak, sedangkan kompetensi dalam Taxation of New Emerging Businesses and Digital Economy memastikan sektor ekonomi baru seperti e-commerce dan bisnis berbasis platform dapat dikenai pajak secara adil. Dengan kemampuan mengelola International Tax Affairs dan Exchange of Information, pegawai pajak juga dapat menangani kasus lintas batas dan meningkatkan kolaborasi antarnegara untuk mencegah penghindaran pajak internasional. Kombinasi ini memastikan roda sistem perpajakan bergerak secara efektif, transparan, dan responsif terhadap tantangan modern.
Kompetensi manajerial berperan bagaikan kemudi yang menentukan arah perjalanan sistem perpajakan, memastikan organisasi dapat beradaptasi dengan tantangan modern dan mendorong peningkatan Tax Compliance. Visionary Leadership memberikan kemampuan kepada pemimpin pajak untuk menetapkan visi strategis, menghadapi globalisasi, dan memanfaatkan peluang digitalisasi dengan baik. Change Management memastikan implementasi kebijakan baru dilakukan secara efektif tanpa mengganggu stabilitas organisasi, sementara Communication Management meningkatkan transparansi dengan memastikan kebijakan disampaikan secara jelas dan dapat diterima oleh masyarakat. Kompetensi seperti Conflict Management dan Negotiating memungkinkan manajer menangani konflik dengan pendekatan solutif dan menciptakan kesepakatan yang menguntungkan, baik di dalam organisasi maupun dengan para pemangku kepentingan. Selain itu, Strategic Agility membantu pemimpin pajak merespons perubahan secara cepat dan tepat, sementara Entrepreneurship mendorong inovasi dalam proses perpajakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Dengan kombinasi kompetensi ini, pemimpin pajak mampu mengarahkan sistem perpajakan ke arah yang lebih responsif, adil, dan akuntabel, sehingga kepatuhan wajib pajak meningkat secara signifikan.
Sistem perpajakan yang efektif dan efisien ibarat mesin kompleks yang memerlukan setiap komponen untuk berfungsi secara harmonis. Kompetensi profesional, operasional, dan manajerial pegawai pajak berperan sebagai suku cadang utama yang menjaga agar mesin ini tetap berjalan dengan baik. Kompetensi profesional memastikan pegawai pajak dapat menjaga hubungan yang konstruktif dengan wajib pajak, menciptakan kepercayaan yang mendorong kepatuhan sukarela (voluntary compliance). Kompetensi operasional, di sisi lain, menjamin kelancaran proses perpajakan dan responsif terhadap potensi ketidakpatuhan, memastikan bahwa kebijakan perpajakan dapat dilaksanakan dengan adil dan akurat. Sementara kompetensi manajerial memberikan arah yang jelas, memungkinkan pemimpin pajak untuk merancang kebijakan yang efektif dalam mengatasi tantangan perpajakan, baik melalui pendekatan preventif maupun pengawasan ketat untuk mengatasi pelanggaran (enforced compliance). Ketika salah satu elemen kompetensi ini terabaikan, sistem perpajakan akan kehilangan kemampuannya untuk mencapai tingkat kepatuhan yang optimal, baik melalui kepatuhan sukarela maupun kepatuhan yang dipaksakan. Oleh karena itu, investasi dalam pengembangan kompetensi pegawai pajak bukan hanya keharusan, tetapi langkah strategis yang vital untuk memastikan bahwa sistem perpajakan dapat berfungsi maksimal, menciptakan keseimbangan antara kepatuhan sukarela dan tindakan penegakan hukum yang efektif, serta mendukung kestabilan ekonomi nasional.
Referensi :
Directorate General for Taxation and Customs Union. (2019). EU Tax Competency Framework. Publications Office of the European Union.
Nembe, J. K., Atadoga, J. O., Mhlongo, N. Z., et al. (2024). The role of artificial intelligence in enhancing tax compliance and financial regulation. Finance & Accounting Research Journal, 6(2), 241-251.
Usman, A. (2019). The impact of taxpayers' perception of competence and integrity of tax officials on companies' income tax compliance level in Nigeria. IOSR Journal of Humanities and Social Science (IOSR-JHSS), 24(2), 35-45.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI