Mohon tunggu...
Dwi Utari
Dwi Utari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Dwi Utari, seorang mahasiswa psikologi dari Universitas Malikussaleh. Saya memiliki minat yang besar dalam memahami dan mendalami berbagai aspek psikologi, terutama yang berkaitan dengan interaksi sosial dan isu-isu lingkungan. Selain fokus pada bidang akademik, saya juga memiliki hobi membaca, yang membantu saya memperluas wawasan dan pemahaman, serta menyanyi, yang menjadi sarana saya untuk mengekspresikan diri dan menemukan ketenangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Well-Being Campus Mendorong Kesehatan Mental Dengan Lingkungan Bebas Perundungan

4 Desember 2024   20:21 Diperbarui: 4 Desember 2024   20:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental merupakan salah satu aspek penting yang sering kali terabaikan dalam lingkungan pendidikan, khususnya di kampus. Di era sekarang dimana tekanan akademis dan sosial semakin meningkat, penting bagi pihak kampus untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental mahasiswa. Dengan meningkatnya tekanan akademis, pergaulan sosial, dan tuntutan diri, mahasiswa menjadi kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan lingkungan kampus yang mendukung kesehatan mental, dan salah satu cara yang efektif adalah dengan menerapkan konsep Well-Being Campus yang bebas dari perundungan. Lingkungan yang bebas dari perundungan bukan hanya sekadar idealisme, tetapi suatu kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental mahasiswa. Hal ini seharusnya menjadi menjadi perhatian utama bagi semua pihak yang terlibat dalam pendidikan.

Dalam banyak kasus, perundungan di kampus dapat mengganggu kesehatan mental mahasiswa. Tindakan bullying, baik secara fisik maupun verbal, tidak hanya menyebabkan trauma psikologis, tetapi juga dapat mengakibatkan penurunan kinerja akademis dan isolasi sosial. Mahasiswa yang mengalami perundungan seringkali merasa tertekan, cemas, dan depresi. Ini menjadi perhatian serius, mengingat kesehatan mental yang buruk dapat berdampak negatif pada kehidupan akademik dan pribadi mereka. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan menjadi langkah awal yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan  mental mahasiswa.

Dalam rangka menciptakan Well-Being Campus, perlu ada komitmen dari semua pihak, termasuk mahasiswa, dosen, dan staf. Komunikasi yang baik dan saling menghormati adalah kunci untuk membangun lingkungan yang positif. Dosen dan staf harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda perundungan dan dapat memberikan dukungan kepada mahasiswa yang membutuhkannya. Mahasiswa juga perlu didorong untuk saling mendukung dan menghargai perbedaan satu sama lain. Dengan adanya budaya saling menghormati, mahasiswa akan merasa lebih aman untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan.

Penting juga bagi universitas untuk menyediakan sumber daya yang memadai dalam hal kesehatan mental. Layanan konseling dan dukungan psikologis harus mudah diakses oleh mahasiswa, serta ada program pendidikan yang mengajarkan pentingnya kesehatan mental dan bagaimana menangani perundungan. Selain itu, kampanye kesadaran tentang dampak negatif dari perundungan harus dilakukan secara terus-menerus untuk mendidik mahasiswa tentang konsekuensi perilaku mereka.

Kebijakan anti-perundungan yang jelas dan tegas harus diterapkan di lingkungan kampus. Kebijakan ini tidak hanya mencakup tindakan hukum terhadap pelaku perundungan, tetapi juga mendukung praktik pemulihan yang mendorong untuk penyelesaian konflik. Kebijakan yang efektif harus diterapkan secara transparan dan melibatkan semua pihak di kampus, termasuk mahasiswa, untuk menciptakan rasa memiliki terhadap kebijakan tersebut.

Selain itu, universitas harus menciptakan sistem pelaporan yang aman dan tanpa rasa takut akan pembalasan. Mahasiswa harus merasa aman untuk melaporkan tindakan perundungan tanpa khawatir akan stigma. Dengan sistem yang jelas, mahasiswa akan lebih mungkin untuk berbicara dan mencari bantuan ketika mereka menghadapi masalah.

Walaupun ada upaya untuk menciptakan Well-Being Campus, masih terdapat tantangan dalam penerapannya. Seringkali, kebijakan yang ada tidak diikuti dengan tindakan yang nyata. Banyak institusi yang gagal dalam memberikan pelatihan yang memadai tentang bagaimana menangani perundungan dan kesehatan mental. Selain itu, kurangnya pemahaman di kalangan dosen dan staf tentang isu kesehatan mental dapat menyebabkan kurangnya dukungan bagi mahasiswa yang membutuhkannya.

Terlebih lagi, stigma yang melekat pada masalah kesehatan mental juga masih menjadi hambatan besar. Banyak mahasiswa yang merasa malu untuk mencari bantuan karena takut akan penilaian dari teman sebaya atau masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk terus mendidik komunitas kampus tentang pentingnya kesehatan mental untuk menormalkan pembicaraan tentang isu ini.

BIODATA PENULIS

Nama : Dwi Utari

Program Studi/Fakultas : Psikologi/Kedokteran 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun