Mohon tunggu...
Dwi Upita
Dwi Upita Mohon Tunggu... Guru - Sidoarjo-Smantaru

Berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salwa

14 November 2023   10:03 Diperbarui: 14 November 2023   10:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salwa 

              AC bagi  kebanyakan orang menjadikan suhu ruangan menjadi sejuk, bahkan dapat  menjadi dingin jika orang tersebut tidak kuat dengan suhu dingin. Ruangan yang dingin atau sejuk tentu akan menambah semangat belajar bagi para murid di SMA Negeri 1 Waru. Semangat belajar tersebut telah dimiliki oleh Salwa sejak pertama kali menginjakkan kakinya di lapangan hijau  SMA favorit area Kota Udang ini. Tak serta  merta Salwa  masuk sekolah ini. Akan tetapi, Salwa membulatkan tekad bajanya seperti  baja kapal perang yang tak kandas termakan waktu.  Tas buntut hadiah ulang tahun dari ayahnya menemani hari-hari indahnya dalam menggapai masa yang cerah. 

           "Bu.........., mana kunci motorku?" tanya Salwa pada ibunya yang sedang sibuk di dapur menyiapkan makanan kesukaan anak semata wayangnya. 

           "Mungkin ada dilaci  seperti biasanya, Nak"  jawab ibu sedikit teriak.

           Gadis manis berlesung pipi  itu tak biasanya harus mencari kontak motor merah sebelum berangkat ke sekolah. Ulah dari     saudara sepupunya yang telah meminjam motor  tadi malam dan tak meletakkan kontaknya di laci meja rias Salwa. Tak terasa menetes air mata Salwa tak juga menemukan kunci motor itu. Salwa sedih jika harus terlambat ke sekolah hanya karena  hal sepele seperti ini. Dengan tergesa-gesa Salwa menelepon Bayu, saudara sepupunya yang rumahnya hanya berjarak 500 m. 

           " Mas Bayu, kunci motorku diletakkan di mana?" tanya Salwa sambil terisak-isak.

            Dari sambungan telepon  terdengar suara seorang pria muda usia 20-an "Di meja TV Sa."

            Sepanjang perjalanan ke sekolah tak juga henti tangis lirih Salwa menyesali tak menemukan kunci motor secepatnya. Gerbang sekolah tentu sudah ditutup Pak Maman penjaga sekolah yang telah bekerja di SMA Negeri 1 Waru selama hampir 10 tahun itu.  Bu hani guru Bahasa Inggris yang terkenal dengan parasnya yang elok di kalangan para siswa berdiri di samping papan tulis saat Salwa akan memasuki kelasnya.  Dengan membawa surat izin masuk dari guru Bk, Salwa meminta maaf pada Bu Hani yang telah memberikan materi lebih dari 45 menit itu.  Detak jantung Salwa menggema lantang sekeras drum para pemain band.

            Jarus jam di tangan Salwa menunjukkan pukul 3. Matahari  di ufuk barat tersenyum pada bunga-bunga di halaman sekolah.  Senyum matahari semanis paras Salwa yang tersembunyi dalam kepenatan.  Sore itu Salwa tak bisa pulang cepat waktu ada jadwal bimbel persiapan olimpiade matematika  di Jepang.   Circle Salwa mungkin telah mengganti seragam putih abu-abu menjadi kaos oblong di rumah. Bahkan, mungkin ada yang asyik main gadget dengan game onlinenya.

                      Perjuanganmu belum usai, sayang, gumam Salwa menghibur untuk diri sendiri.  Lembaran soal demi soal Geografi telah dituntaskan dengan sangat baik . Bu Nadya beberapa kali tampak minum air mineral di sampingnya. Cuaca memang cukup panas, maklum sudah 3 bulan ini Sidoarjo belum juga turun hujan. 

           "Ibu, Salwa mohon doa Ibu, Doakan Salwa bisa mengerjakan dengan lancar ya, Bu..." pinta Salwa di hari kebderangkatan ke Tokyo. 

            " Ya, Salwa anak Ibu yang paling manis," jawab Ibu sambil mengusap rambut lebat Salwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun