Bekal makan siang untuk Pak Toni dan Ajeng telah masuk dalam tas masing-masing. Bu Nadia juga telah merapikan seragam gadis kecilnya, Ajeng. Rutinitas yang tak pernah lepas dalam mengawali paginya sebelum mengajar.
"Yuk berangkat, Dek," ajak Bu Nadia pada putri kecilnya.
Sekolah Ajeng memang tidak seberapa jauh jika dibandingkan dengan sekolah tempat mengajar Bu Nadia. Tapi akses jalan yang harus dilalui sekolah Ajeng rawan kemacetan oleh pengguna motor yang mayoritas mengantarkan putra-putrinya.
Bruaaaaakkkkkkkk
Bu  Nadia  tersungkur membentur bahu jalan beberapa meter dari jarak sekolah putrinya karena menghindari jalan berlubang. Beberapa pengendara motor menepikan  motornya untuk membantu Bu Nadia. Seorang Bapak setengah baya membantu melepaskan helm Bu Nadia.Â
Namun beberapa menit Bu Nadia tersadar dari pingsan. Luka lecet d telapak tangan kiri mulai terlihat. Bu Nadia merintih kesakitan. Setelah Meminum air putih yang diberikan oleh seseorang pemuda pengguna jalan yang turut membantu, Bu Nadia sedikit agak tenang.
Bu Nadia berusaha menggerakkan gerakkan kakinya, kedua tangannya, dan berusaha bangkit untuk mengecek motornya.
"Alhamdulillah, Â syukurlah, semua masih baik-baik saja," batin Bu Nadia merasakan tubuhnya bisa bangkit lagi setelah terjatuh dari motor.
Beberapa pengendara motor tampak masih khawatir poada  keadaan Bu Nadia yang tetap ingin melanjutkan perjalanannya ke sekolah untuk mengajar.
"Ibu yakin akan melanjutkan perjalanan?" tanya seorang bapak setengah baya tadi.
"InsyaAllah Pak, saya bisa lanjut." jawab Bu Nadia sambil menganggukkan kepala.