Mohon tunggu...
Dwi Uli
Dwi Uli Mohon Tunggu... -

Penikmat kopi dan laut.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Paradise Waterfall, Galunggung, Jawa Barat

17 April 2012   16:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sendal Gunung Tercinta dan Matahari Terbit

[caption id="" align="alignright" width="200" caption="Sendal Gunung Tercinta dan Matahari Terbit"][/caption] Pada Januari 2012 ini saya mendatangi sebuah tempat yang sudah lama ingin saya kunjungi yaitu Gn. Galunggung. Galunggung ialah sebuah gunung berapi yang masih aktif dan berlokasi di wilayah kabupaten tasikmalaya. Perjalanan ke gunung ini sebenarnya tidak seperti perjalananan saya yang lainnya, tidak terlalu di rencanakan dan hanya mengandalkan "just go with the flow''. Dan itulah akhirnya yang membawa saya tiba di Gunung yang terbilang ramah wisatawan ini. Kenapa saya bilang 'ramah' wisatawan? karena untuk mencapai bibir kawah anak galunggung bisa dicapai menggunakan mobil dan dilanjutkan dengan meniti 620 anak tangga yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit. Walaupun demikian, saya dan kedua teman perjalanan saya memutuskan untuk berjalan dari pos utama yang terletak kira-kira 2-3 km dari bibir kawah.  Lelah memang, tetapi bagi kami yang waktu itu punya banyak waktu luang, berjalan menuju bibir kawah menikmati deretan hutan dan semak di sepanjang jalan menuju kawah, memberi nilai lebih bagi perjalanan ini (selain nilai ekonomis dimana kami hemat beberapa ribu rupiah karena tidak perlu menyewa ojek haha).  Jalanan menuju bibir kawah sudah diaspal, jadi untuk yang mau membawa kendaraan pribadi tidak perlu lagi takut dengan jalur berlubang. Kemiringan jalan cukup tinggi berkisar 35-60 derajat. (ini kira-kira sih) so, buat yang bawa mobil ber cc kecil harap hati-hati karena jalur tidak muat untuk dua mobil dan jalur cukup curam. [caption id="" align="alignright" width="320" caption="Sampah di Lereng Anak Galunggung"]

[/caption] Dari bibir kawah galunggung, saya dapat melihat pemandangan kota jauh dibawah sana dan juga aliran sungai yang berkelok-kelok. 'lumayanlah' itu adalah kata yang terlontar dari hati kecil saya saat tiba di bibir kawah. Tebing-tebing tinggi gunung galungung cukup menghibur saya selama siang itu. Sedihnya saat siang hari, ada sebuah rombongan guru dan anak-anak muridnya yang piknik tepat disebelah saya. Yang menyedihkan bukan karena ketenangan saya terganggu dengan celoteh-celoteh orang itu, tetapi perilaku orang-orang itu yang membuang sampah-sampah plastik sembarangan. Saya sempat menegur mereka untuk membawa kembali turun sampah-sampah mereka. Awalnya seorang 'guru' mengiyakan perkataan saya dan merapikan beberapa sampah plastik. Namun, tetap saja mereka meninggalkan dan berpura-pura tidak tau ada sampah-sampah plastik yang mereka tinggal. akhirnya dengan memasang wajah kesal (sengaja nih biar pada tau diri orang-orang itu), saya memunguti sampah-sampah plastik mereka. Mungkin karena melihat wajah saya yang kesal, akhirnya seorang guru menghampiri saya dan membantu saya mengumpulkan sampah plastik "emang sampahnya harus dibawa turun ya mbak?" tanya bapak itu. saya, "yaiyalah pak. kalo nanti tempatnya jadi kotor, ga ada lagi yang mau dateng kesini dong pak." Cukup senang dengan perilaku bapak itu, eh ternyata setelah dikumpulkan, si bapak itu dengan enaknya membuang sampah-sampah plastik itu ke lereng gunung! GRrrrrr! 'tau gitu mending gue yang bawa sampah-sampah itu turun'. Saya tidak peduli apakah guru-guru itu lebih tua dari saya, apakah profesi mereka itu guru (yang menurut saya tidak pantas disebut guru karena perilaku seperti itu), yang saya tau mereka membuang sampah plastik sembarangan! apa susahnya sih bawa kembali turun sampah-sampah itu turun ke bawah dan dibuang di tempat sampah yang ada di pos bawah? apakah segitu beratnya sampah-sampah itu? Kalo bukan kita yang menjaga alam ini, siapa lagi yang mau menjaga? Akhirnya saya hanya bisa marah-marah pada orang-orang itu, dan mereka dengan seenaknya melengos pergi begitu saja.

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Tebing Galunggung dan Jalur Airnya "]

[/caption]

Menuju sore hari, hujan deras kembali mengguyur bibir kawah, dua teman saya sudah masuk ke dalam tenda dan akhirnya karena tidak bisa tidur di siang hari itu, saya memutuskan untuk berjalan menuju warung-warung yang tidak jauh dari tempat saya camping. sembari menyeruput teh panas, saya menatap pahatan tuhan di tebing-tebing gunung galungung, dan tidak lama kemudian air deras mengalir dari jalur-jalur air di sepanjang tebing. What a moment! saya sangat takjub melihat pemandangan itu, yang tadinya aliran air hanya ada satu dan kecil, karena hujan deras akhirnya banyak sekali jalur-jalur air yang terisi dan akhirnya membentuk air terjun yang banyak dan setinggi tebing gunung itu. Air terjun paling indah yang pernah saya lihat, tinggi dan banyak sekali jalurnya, sebagian tebing diselimuti awan dan air mengalir tepat dibawah awan-awan itu. kesimpulannya, "I came at the right time at the right place." dan ketika hujan mulai berhenti, air terjun itu pun menghilang. Teman seperjalanan saya menamakan air terjun itu "Paradise Waterfall", nama yang tidak berlebihan untuk air terjun secantik itu yang hanya bisa dilihat di waktu-waktu tertentu.

Malam hari itu, kami tidur tepat setelah makan malam atau kira-kira pukul 6.30. ya, walaupun saya sama sekali belum mengantuk, dua teman perjalanan saya sudah ambil posisi dan siap-siap tidur. Akhirnya, daripada saya sendiri di luar tenda dan tidak melakukan apa-apa, saya mencoba memejamkan mata saya dan akhirnya tidur dua jam kemudian. Satu hal yang aneh di malam kami itu, waktu terasa sangat panjang, entah karena kami tidur terlalu cepat atau karena hal lainnya. Rasanya saya sudah tidur lamaaaaaaaaaaa sekali, eh pas liat jam baru jam 11 malam! tidur lagi, bangun lagi eh baru jam 1.30. dan akhirnya sekitar pukul 5 pagi saya terbangun dan merasa sangat bahagia "Akhirnya pagiii juga."

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Pemandangan sunrise Yang saya ambil hanya menggunakan kamera HP 5MP"]

[/caption]

Untuk tiba di tempat ini, Jakarta - Tasik (terminal Indihiang) = Bis (kurang lebih) ; Rp. 50.000 Indihiang - Cipanas (Pos I Galunggung) = Angkot Kecil ; Rp. 10.000

Lihat Cerita Perjalanan Saya Yang Lain, It's not about the destination, it's all about the journey.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun