Mohon tunggu...
DWI TEGUH PRIYANTO
DWI TEGUH PRIYANTO Mohon Tunggu... -

Mahasiswa PGSD UNS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Menjadikan Anak Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

24 November 2011   15:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mudah untuk membangun anak menjadi manusia kritis, kreatif dan problem solver, maka dari itu diperlukan suatu pembaharuan strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Dalam pembelajaran kritis para pendidik (guru) harus bekerja dengan berdasarkan pengalaman peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidik tidak boleh menuruti segala kemauan peserta didik sehingga proses pembelajaran dapat terjalin hubungan dialogis antara pendidik dan peserta didik sehingga guru tetap mempunyai peran besar untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran, dan etika serta moralitas antara keduanya tetap terjaga.
Pada dasarnya pembelajaran kritis mensyaratkan penggunaan andragogi, karena kita tahu pengetahuan melibatkan kesatuan yang tetap antara aksi dan refleksi. Tetapi banyak pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran kritis ternyata dilakukan dengan cara pedagogi ataupun indoktrinasi.
Selanjutnya yaitu bagaimana menjadikan anak berpikir kreatif?? Pada dasarnya semua anak kreatif itu sama, yang membedakan hanya ada pada kekreativitasanya itu ada yang tersalurkan dan ada yang tidak. Untuk memicu anak menjadi kreatif, kita hanya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya serta memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya sehingga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri.
Bicara tentang kreatifitas anak, ini erat kaitannya dengan teori hemisphere yang menjelaskan tentang belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Menurut teori ini, otak kanan merupakan belahan otak yang berfungsi dalam hal berkreativitas sedangkan belahan otak kiri berperan dalam kegiatan motorik (motor sequence) yaitu berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian dan matematika.

Apa itu problem solver?
Problem solver yaitu proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah.
Pertanyaannya bagaimana membangun anak menjadi problem solver? Cara untuk menjadikan anak sebagai problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan untuk bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka sehingga semua masalah itu dapat terselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Problem solver sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena dengan adanya problem solver ini maka pembelajaran akan semakin hidup dan semakin menggairahkan. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru. Dan mengembangkan tingkat kreativitas anak pula tentunya.
Kekritisan,kekreativan, dan problem solver semunya saling berkaitan dengan yang namanya otak. Jadi dalam pengajaran dan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menggunakan pendekatan dengan cara yang disejajarkan dengan bagaimana otak belajar secara alamiah sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun