Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar Tawuran, Keluarin Aja

31 Oktober 2023   15:12 Diperbarui: 31 Oktober 2023   15:28 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tawuran pelajar di Indonesia sudah ada sejak dahulu kala, namun semakin marak terjadi pada tahun 1980-an. Fenomena ini melibatkan pelajar dari berbagai sekolah yang terlibat dalam perkelahian antar-geng. Tawuran pelajar biasanya terjadi di luar jam sekolah dan sering kali berujung pada kekerasan fisik, bahkan korban jiwa.

Modus tawuran pelajar zaman dulu sangat berkaitan dengan alat transportasi ke sekolah, yaitu bis kota. Anak-anak yang menggunakan nomor route bis yang sama dari sekolah ke rumahnya menjadikan nomor bis yang digunakan sehari-hari menjadi nama basis atau nama geng mereka. Anak-anak yang ke sekolahnya di STM Penerbangan atau SMKN 29 Jakarta menggunakan angkutan metro mini dari rumahnya ke sekolah dengan nomor identitas metro mininya S75 menamakan kelompoknya Kapal Basis 75, anak-anak STM Boedoet atau SMKN 1 Jakarta yang menggunakan angkutan bis PPD bernomor 41 dari rumahnya ke sekolah menamakan kelompoknya Boedoet Basis 41, zaman itu masih sedikit murid yang menggunakan sepeda motor ke sekolah.

Perempatan-perempatan lokasi pertemuan jalur-jalur bis, termasuk lokasi kumpul bis-bis di terminal menjadikan lokasi itu sebagai arena pertempuan dan zana pertempuran untuk menunjukkan kekuatan kelompok atau basis mereka. Perempatan cempaka putih, perempatan cawang, perempaan salemba, senen, terminal bis blok M, terminal bis pulogadung, terminal bism cililitan, terminal bis pasar minggu adalah lokasi langganan tawuran pelajar. Bahkan pada awal tahun 90-an anak-anak menuliskan nomor basis mereka di bagian bawah baju seragam putih untuk menunjukkan identitas mereka yang ketika belajar di sekolah kemaja bertuliskan nomor basisnya dimasukkan ke dalam celana sehingga guru-gurunya tak mengeahui hal itu. 

SMAN 9 Jakarta dan SMAN 11 Jakarta yang terletak di sekitar blok M berkali-kali terlibat tawuran hingga tak kunjung usai dan membuat pemerintah DKI Jakarta menyatukan sekolah itu menjadi SMAN 70 Jakarta pada tahun 1981. 

Salah satu contoh tawuran pelajar yang terkenal adalah tawuran antara pelajar dari SMA 6 Jakarta dengan pelajar SMA 70 Jakarta pada tahun 1989. Pertikaian ini bermula dari salah satu pelajar SMA 6 yang ditembak mati oleh pelajar SMA 70. Kejadian ini memicu tawuran besar-besaran yang melibatkan ribuan pelajar dari kedua sekolah dan bahkan meluas hingga melibatkan pelajar dari sekolah lain.

Tawuran pelajar sering kali dipicu oleh perbedaan nomor bis atau wilayah tempat tinggal, prestasi sekolah, agama, dan juga ego pelajar yang ingin mempertahankan reputasi sekolahnya. Selain itu, faktor lain seperti intoleransi, kemiskinan, dan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan orang tua juga turut mempengaruhi terjadinya tawuran pelajar.

Pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah untuk mengatasi tawuran pelajar. Salah satunya adalah dengan melakukan sosialisasi dan pendekatan keagamaan yang mengajarkan nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan mengedepankan pendekatan musyawarah daripada kekerasan. Selain itu, pihak sekolah dan orang tua juga berperan penting dalam mengawasi dan membimbing perilaku para pelajar.

Meskipun demikian, tawuran pelajar masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dan upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, pihak sekolah, dan orang tua untuk mencegah dan menanggulangi tawuran pelajar demi terciptanya lingkungan belajar yang aman dan kondusif.

Faktanya sampai tahun ini tawuran pelajar terus saja terjadi karena salah satu penyebabnya adalah sekolah tak berani bertindak tegas pelaku tawuran padahal jika pelaku tawuran dikeluarkan darisekolah saya yakin murid yang lain jadi tak berani melakukan tawuran.

Foto diatas adalah spanduk di SMKN 50 Jakarta yang mensosialisasikan tentang akibat yang akan diterima muridnya jika melakukan tawuran, jika apa yang di tulis di spanduk itu dijalankan maka tawuran di Jakarta akan berkurang, bagaimana di sekolah kamu?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun