Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Tawuran, Pulangkan Saja

19 Oktober 2023   14:34 Diperbarui: 19 Oktober 2023   14:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: LDKO SMKN 37 Jakarta/Dokpri

Tujuan pendidikan negara adalah membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, mampu hidup mandiri dan memiliki mental wirausaha agar kehadirannya dimuka bumi memberi manfaat buat diri sendiri serta orang" disekitarnya.

Mengatasi tawuran pelajar di sekolah adalah tugas yang penting dan memerlukan kerja sama dari semua pihak, termasuk guru, staf sekolah, siswa, orang tua, dan pihak berwenang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tawuran pelajar di sekolah:

Pendidikan dan Kesadaran:

Sekolah harus mengadakan program pendidikan dan kesadaran tentang konsekuensi tawuran dan pentingnya menyelesaikan konflik secara damai. Ini dapat mencakup kegiatan seperti seminar, diskusi, dan presentasi.


Pembentukan Tim Anti-Bullying dan Anti-Tawuran:

Sekolah dapat membentuk tim anti-bullying atau anti-tawuran yang terdiri dari guru, karyawan sekolah, dan siswa yang berperan dalam memantau, melaporkan, dan mengatasi tawuran serta pelecehan di sekolah.


Kebijakan dan Sanksi:

Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas tentang tawuran dan pelecehan, serta sanksi yang ketat untuk pelanggarannya. Ini harus diberlakukan secara konsisten.


Mediasi:

Sekolah dapat menggunakan mediasi sebagai alat untuk membantu siswa yang terlibat dalam tawuran menyelesaikan konflik mereka dengan bantuan mediator yang terlatih.

Pendidikan Konflik:

Program pendidikan konflik dapat membantu siswa memahami cara mengelola konflik secara sehat dan efektif tanpa kekerasan.


Bimbingan dan Konseling:

Siswa yang terlibat dalam tawuran mungkin membutuhkan bimbingan dan konseling untuk membantu mereka mengatasi kemarahan, frustrasi, atau konflik yang mungkin mereka hadapi.


Keterlibatan Orang Tua:

Melibatkan orang tua dalam upaya mengatasi tawuran sangat penting. Orang tua dapat mendukung sekolah dalam menerapkan tindakan pencegahan dan memahami peran mereka dalam mendidik anak-anak mereka tentang kebaikan dan norma yang benar.


Pemantauan Aktivitas Siswa:

Sekolah harus memantau aktivitas siswa di lingkungan sekolah dan sekitarnya, terutama selama jam pulang sekolah.


Pemberdayaan Siswa:

Mendorong siswa untuk menjadi pemimpin positif dan mempromosikan budaya sekolah yang damai dan ramah.


Komunikasi Terbuka:

Memastikan ada saluran komunikasi terbuka antara guru, siswa, dan orang tua sehingga masalah dapat diidentifikasi dan diatasi sejak dini. Penting untuk mengatasi tawuran di sekolah dengan pendekatan yang holistik, dengan fokus pada pencegahan, pendidikan, dan perubahan budaya di lingkungan sekolah. Hal ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan damai bagi semua siswa.

Foto: LDKO SMKN 37 Jakarta/Dokpri
Foto: LDKO SMKN 37 Jakarta/Dokpri

Jika ada murid di sekolah melakukan tawuran yang pertama kali mungkin dia khilaf, tak bisa mengelak ajakan teman, anda tak melukai atau menewaskan murid sekolah lain itu bisa diperingatkan dan diminta membuat suarat pernyataan di atas materai bahwa dirinya tak akan mengulangi perbuatannya tawuran lagi, apalagi hingga memakan korban jiwa atau menewaskan pelajar lain.

Akan tetapi jika pelajar itu akibat perbuatannya telah menewaskan pelajar sekolah lain maka dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum, pelajar itu haru diadili dan dihukum sesuai perbuatannya hingga harus menikmati tidur di penjara atau belajar di penjara, karena usianya masih usia pelajar dan dipenjara anak mungkin telah menyiapkan program belajar untuk warga binaan.

Jika peristiwa tawuran yang melibatkan murid satu sekolah hanya menimbulkan kegaduhan, keramahan atau ketakutan masyarakat sekitar atau tak memakan korban, bolehlah pelakunya hanya mendapatkan peringatan dan membuat pernyataan bahwa diat tak akan mengulangi perbuatnnya lagi di waktu mendatang. 

Dan ketika pelajar itu melakukan lagi hingga tiga kali, maka pembinaan sudah tak berarti dan barangkali murid itu memang sudah tak ingin lagi jadi pelajar dan hanya ingin jadi pelaku tawuran yang berlari-lari di jalan membawa senjata tajam, difoto dan direkam dalam bentuk video hingga viral di sosial media.

Buat pelaku tawuran yang berulang-ulang melakukan tawuran, mungkin habitat hidupnya bukan di sekolah, pulangkan saja kepada orang tuanya. Biarkan dia memutuskan jalan hidupnya masing-masing, jika masih memiliki orang tua mungkin orang tuanya masih bisa membantu anaknya untuk mengisi hari-harinya untuk hal yang lebih bermanfaat.

Sangsi yang tegas harus diberikan secara konsisten kepada pelaku tawuran oleh sekolah, dinas pendidikan dan pemerintah daerah. Katika menerima murid baru sekolah harus memastikan bahwa murid yang diterimanya tidak pernah terlibat tawuran dari data sekolah terdahulu. 

Sekolah melalaui guru BK (Bimbingan Konseling) atau tata usaha harus bisa saling bertukar informasi tentang kondisi murid-muridnya hingga di sekolahnya tak ada lagi murid pelaku tawuran. 

Dinas pendidikan dan pemerintah daerah bisa memblokir NIK (Nomor Induk Kependudukan) pelaku tawuran hingga tak bisa mendaftar ke sekolah manapun di daerah tersebut. Bahkan Kemendikbud bisa melakukan hal itu sehingga pelaku tawuran tak bisa bersekolah dimanapun di negeri ini.

Jika cara-cara di atas sudah dilakukan tawuran menjadi hilang, para pelajar jadi serius belajar dan tak lagi melakukan tawuran karena takut dengan sangsi yang akan diterimanya itu sangat bagus, tapi jika tawuran masih ada maka perlu ada langkah-langkah yang lebih kreatif untuk menghilangkan tawuran dalam usaha membentuk generasi masa depan yang lebih baik, semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun