Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajar Tak Perlu Belajar

30 Juni 2021   10:14 Diperbarui: 30 Juni 2021   10:30 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Pak Mustopa mengajar di sebuah sekolah dasar swasta di Negeri Paman Besut, dia memiliki dua orang anak, yang pertama sudah selesai menempuh pendidikan di sebuah politeknik negeri dan yang kedua masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Sembilan tahun yang lalu, Pak Mustopa sangat bahagia melihat anak pertamanya rajin belajar setiap hari. Selesai makan malam anak pertamanya selalu terlihat tekun belajar karena anak sulungnya memiliki obsesi untuk kuliah di Politeknik Negeri ternama di Negeri Paman Besut.

Akhir-akhir ini Pak Mustopa prihatin melihat anak keduanya yang setiap malam asik memainkan gawai dengan earphone di kedua telinganya, sibuk main game online dengan teman-temannya hingga tengah malam lewat.

Berkali-kali Pak Mustopa mengingatkan kepada anak keduanya agar rajin belajar untuk persiapan menghadapi ujian, anaknya menjawab,

"Tenang saja Pak, umur Saya lebih tua dari kebanyakan anak SMP sekarang, Saya pasti diterima di SMA negeri manapun yang saya mau."

Pak Mustopa hanya bisa menarik nafas, sedih tapi tak bisa memaksa karena anaknya tak mau belajar dengan alasan yang amat sangat menohok dirinya sebagai guru.

Seleksi masuk sekolah negeri dengan perimbangan umur?

Ya, di Negeri Paman Besut sejak tahun kemarin sistem penerimaan murid baru SMA sebagian besar menampung murid dengan standar umur, makin tua umur seorang calon murid baru maka makin besar peluangnya untuk diterima di sekolah negeri. Di sebuah SMA negeri paman besut ada murid baru SMA yang diterima berusia 20 tahun, 10 bulan, 8 hari per 1 Juli 2021.

Ada jalur prestasi yang menggunakan pertimbangan nilai atau prestasi anak selama di SMP. Pada jalur zonasi selain faktor lokasi tempat tinggal, faktor umur menjadi penentu diterima atau tidaknya seorang murid di sekolah negeri yang dituju.

Rupanya anak-anak sudah faham sistem yang digunakan dan sebagai pelajar mereka merasa tak perlu belajar, karena nilai tak hanya menjadi satu-satunya pertimbangan penerimaan murid baru, tetapi umur dia akan menjadi penentunya. Mereka menganggap pelajar tak perlu belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun