Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kicau Burung

9 Juni 2021   12:45 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:50 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor burung tak henti berkicau dengan suara yang nyaring. Dia terus berkicau sejak matahari terbit hingga malam telah larut.

Pemilik burung senang sekali memiliki hewan peliharaan, kandang yang bagus berharga mahal dibeli untuk memelihara burung. Diberinya makanan terbaik menurut penjual makanan burung, ada tambahan vitamin diberi secara periodik. Ketika pemiliknya libur kerja, burung itu dimandikan dengan cara disemprot air, lalu kandang diletakkan di tempat yang panas agar bulu burung cepat kering.

Pemilik burung mungkin tak tahu bahwa burung mirip manusia yang bisa bosen jika selalu mangkonsumsi makanan yang sama, burung bisa bebas memilih makanan di alam bebas. Burung juga tak suka berjemur, karena ketika mereka mandi di sungai atau basah kehujanan, cuma dengan terbang sebentar buku-bulunya bisa langsung kering.

Burung pasti kepanasan saat dijemur setelah dimandikan pemiliknya sementara burung tak bisa berlindung dibalik pohon rindang agar terlindung dari sinar matahari.

Pemilik burung mengikutsertakan buungnya pada kontes atau lomba . Burung yang berkicau keras tak berhenti menjadi juara dan memdapat hadiah jutaan. Pemilik burung sangat swnang  burungnya menjadi juara yang menaikkan harga jual burung itu.

Pemilik burung senang sekali burungnya tak henti berkicau dengan suara yang nyaring. Padahal sesungguhnya burung itu sedang menangis berteriak-teriak berbicara pada beberapa ekor anaknya yang baru menetas. Burung itu meratapi nasibnya tertangkap saat mencari makan untuk menyuapi anak-anaknya yang belum bisa mencari makan sendiri.

Burung itu menangis, meminta maaf pada anak-anaknya tak bisa pulang ke sarangnya untuk menyuapi anaknya, dia terus berteriak berharap anak-anaknya mendengar atau ada burung lain yang berbaik hati memberi makan anaknya.

Kamu suka pelihara burung?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun