Dulu pelajar naik bis ke sekolah, berangkat dan pulang sekolah bersama dengan angkutan bis yang sama, saat itu identitas bis memiliki nomor sesuai dengan routenya.Â
Setiap hari anak" sekolah berangkat dan pulang bersama, melalui jalan atau route yang sama dan bertemu dengan bis lain dengan route berneda yang mengangkut anak" dari sekolah yang berbeda.
Perjumpaan di jalur bis pagi dan siang hari awalnya biasa" saja, kadang mereka transit di terminal bis yang sama dan saling menyapa. Cuaca kota yang panas, perut kosong belum terisi sering membuat emosi tak terkendali, sehingga masalah kecil bisa berubah menjadi besar dan berujung perkelahian antar sekolah yang setiap hari melalui route bis yang sama.
Untuk menyatakan nomor bis yang digunakan, anak" menggunakan istilah BASIS, misalnya basis P4, itu artinya anak" yang pergi dan pulang sekolah menggunakan bus Mayasari Bakti nomor route P4 jurusan Blok M -- Pulo Gadung, Basis S 75, itu artinya anak" yang pergi dan pulang sekolah menggunakan bus Metro Mini nomor route S 75 jurusan Blok M -- Pasar Minggu, basis 507, itu artinya anak" yang pergi dan pulang sekolah menggunakan bus Mayasari Bakti nomor route 507 jurusan Tanabang -- Pulo Gadung, dsb.
Menjelang pagebluk banyak anak" sekolah yang pergi dan pulang sekolah menggunakan sepeda motor, identitas basis masih berlanjut, media sosial twitter, face book, SMS, aplikasi lainnya mulai dipergunakan untuk janjian menentukan lokasi tawuran.
Latar belakang tawuran sangat absurd, seolah melanjutkan tradisi, basis tertentu sekolah X melawan basis tertentu sekolah Y, tawuran di lokasi tertentu.Â
Jika salah satu sekolah kalah, mereka akan mengerahkan semua basis (all base) untuk secara bersama-sama menggempur sekolah lawan, modusnya bisa menunggu di tempat tertentu atau menggeruduk ke sekolah lawan, agar ada efek sensasi keberhasilan menggempur, pelaku dari sekolah yang kalah itu mengabarkan jurnalis media televisi atau cetak untuk mendapat liputan.Â
Karena peluang kemenangan yang lebih besar dimana lawan tak menyadari akan terjadi penyerbuan. Berita di TV dan media massa keesokkan harinya membuat anak" all base bangga banget.
Saat terjadi pagebluk angkutan umum bis dengan nomor route tak ada lagi, angkutan online makin digemari anak sekolah, yang rumahnya jauh umumnya menggunakan sepeda motor untuk pergi dan pulang sekolah karena tarif angkutan online sangat mahal.
Dinas Pendidikan DKI Jakarta sudah melarang murid sekolah membawa sepeda motor dan mobil ke sekolah dan melarang murid memarkir kendaraannya di sekolah, yang dilakukan kemudian murid-murid memarkir kendaraannya di luar sekolah. Sebelum pandemi banyak tumbuh kantong-kantong parkir yang awalnya adalah tanah kosong, halaman rumah, dsb, menjadi tempat penitipan kendaraan murid-murid dengan biaya tertentu.
Setelah pagebluk, ketika sekolah mulai tatap muka lagi, akan ada upaya membangkitkan kejayaan sekolah masa lalu hingga memunculkan gaya tawuran baru, yaitu balap motor.