Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pengamat Pendidikan

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. PENGAMAT PENDIDIKAN - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jika Pak Sandiaga Uno Melobby Anak Sekolah

26 Januari 2021   16:28 Diperbarui: 26 Januari 2021   16:39 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: http://wisatasekolah.com

Kegiatan Tour atau Study Wisata saat masih sekolah bersama teman-teman se kelas dan guru-guru, kenangannya tak terlupakan hingga jadi tua, dan ada rasa ingin mengulang berkunjung ke lokasi itu kembali dengan anak, cucu.

Apakah saat bersekolah anda pernah berwisata dengan teman satu kelas atau satu sekolah? Jika anda pernah mengalami hal itu, artinya usia anda sudah cukup tua atau anda bersekolah di sekolah swasta favorit. Atau jika memory anda bagus anda masih bisa mengingat perjalan wisata dengan teman-teman dan guru Taman Kanak-kanak.

Sejak belasan tahun yang lalu, sekolah hampir tak pernah lagi mengadakan kunjungan ke musium, objek wisata, apapun namanya; bisa tour, study wisata, study banding, dsb. Di dalam kota ataupun ke luar kota. Kecuali Taman Kanak-kanak yang masih sering mengadakan kunjungan wisata.

Saya bersekolah di SMP akhir tahun tujuh puluhan masih sempat menikmati kunjungan ke musium, planetarium bersama teman-teman satu angkatan menggunakan beberapa unit bus wisata, kami tiba di sekolah pagi hari dan langsung dikumpulkan di lapangan untuk pembagian bis dan guru pembimbing. 

Sejak beberapa hari sebelumnya kami sudah dikondisikan untuk membawa bekal makanan, minuman dan uang sangu untuk bekal di perjalanan. Selama satu hari itu kami tak belajar di kelas, karena acara keliling kota selesai sore hari hingga melewati waktu sekolah rutin, sehingga kami langsung pulang setelah kunjungan dan diantar bis kembali ke sekolah.

Setelah itu beberapa hari ke depan, kami disibukkan untuk menyusun laporan yang dikumpulkan ke guru-guru sesuai mata pelajaran, juga sebagai bahan diskusi di kelas menindaklanjuti hasil kunjungan study wisata di dalam kota. Orang tua kami harus membayar biaya perjalanan kami yang disetorkan ke sekolah. Kenangan naik bis bareng teman se kelas, suasana planetarium, museum dan perjalan saat itu terkenang terus hingga sekarang.

Kini hampir semua sekolah SD hingga SLTA tak lagi punya program kunjungan wisata, umumnya sekolah negeri, karena peraturan yang melarang sekolah memungut biaya, termasuk untuk pelaksanaan study tour. Padahal untuk anak remaja, mengeksplorasi keindahan negeri, objek-objek wisata, sejarah negeri, kekayaan sumber alam bisa membuat mereka makin mencintai negerinya, dan kelak menyadari bahwa begitu banyak objek wisata yang menarik di dalam negeri sehingga tak perlu berwisata ke luar negeri.

Daerah destinasi wisata,  hotel, transportasi, pebisnis wisata kini terpuruk sebab pagebluk, pemerintah berusaha menggairahkan bisnis pariwisata dengan melakukan berbagai hal, tetapi tampaknya tak menyentuh sekolah dan jutaan murid-murid di dalamnya.

Mengharapkan kunjungan touris asing dalam kondisi normal maupun pegebluk jelas sangat sulit, sementara potensi jumlah penduduk negeri sendiri yang melampaui seperempat milyar jiwa adalah peluang yang amat sangat luar biasa. Seandainya dari kecil anak-anak negeri terbiasa berwisata menikmati keindahan negeri, maka saat dewasa dia akan mengajak anak-anak dan keluarganya untuk berwisata mengisi waktu liburnya.

Saya berkhayal Pak @sandiuno melobby pengurus OSIS sebegai representasi anak sekolah negeri ini untuk mendorong kunjungan wisata dalam negeri, dan mendorong program kerja OSIS melakukan study wisata di dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun