Negeri ini seolah jatuh bangun setiap lima tahun sekali efek pemilihan kepala negara membuat rakyat negeri seperti terbelah, hujatan, fitnah, saling melaporkan, dsb. Energi penduduk negeri tersedot berujung resah hingga berdarah, bahkan meregang nyawa berawal dari perbedaan pilihan.
Sekolah seharusnya menjadi alat negara untuk menyiapkan penduduknya menjadi warga negara yang baik, memiliki daya tahan mengelola perbedaan pilihan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu yang bisa dilatih di sekolah adalah pembiasaan memilih pemimpin organisasi intra sekolah (OSIS), ada sekelompok murid yang menjadi panitia pemilihan yang mengendalikan proses pemilihan sebagai model Komisi Pemilihan Umum (KPU), proses penjaringan calon, kampanye, pemilihan, perhitungan suara, hingga penetapan pemenang dilakukan secara transparan lewat proses yang terbuka, diketahui oleh banyak fihak, sebagai proses pembelajaran yang memberi pemahaman dan pembiasaan berdemokrasi di masyarakat kelak.
Saat anda bersekolah dulu, pernah menjadi calon pengurus OSIS? Tampaknya sekolah sangat sulit mencari murid yang berminat menjadi pengurus OSIS sehingga guru-guru melakukan pendekatan, membujuk agar ada murid yang mau menjadi calon pengurus OSIS, karena ada anggapan dari sebagian besar murid bahwa jadi pengurus OSIS itu melelahkan dan beresiko mendapat nilai raport yang buruk dan terlalu lelah hingga sering tak masuk sekolah karena sakit. Banyak orang tua murid yang melarang anaknya aktif di OSIS dan kegiatan ekstra kurikuler karena alasan nilai raport dan kesehatan putra-putrinya, orang tua memintanya anaknya fokus belajar saja di sekolah. Di sekolah tertentu ada syarat calon pengurus OSIS harus lulus tes akademik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan nilai raport akibat kesibukan berorganisasi.
Pada perjalanan kepegurusan OSIS, para pengurusnya harus berjuang menyusun dan melaksanakan program kerja, hingga mencari dana untuk melaksanakan program OSIS. Sayangnya sebagian besar sekolah negeri dan swasta tak bisa mengalokasikan anggaran yang cukup untuk kegiatan OSIS, kini sekolah negeri tak bisa lagi memungut biaya dari murid untuk kegiatan-kegiatan sekolah termasuk untuk kegiatan OSIS, yang mungkin masih bisa dilakukan di sekolah swasta.
Anak-anak sekolah kini tak lagi menerima pelajaran renang, karena sekolah tak diperbolehkan mengutip uang, termasuk untuk tiket masuk ke kolam renang. Mungkin ini jadi penyebab meninggalnya beberapa mahasiswa tenggelam di embung kampus saat merayakan ulang tahun, diperkirakan mereka tak bisa berenang dan embungnya cukup dalam hingga membuat mereka tenggelam dan tewas.
Agar OSIS bergairah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan murid mendapatkan pelajaran renang yang sangat bermanfaat dalam kehidupan nyata, jika larangan memungut biaya dari murid masih dilarang, mungkin di era digital kini murid-murid sekolah bisa membiayai kegiatannya bersama-sama termasuk untuk membayar tiket masuk kek kolam renang dengan menggunakan aplikasi GoPay, Anda setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H