Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Phytagoras (582−486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470−390 SM) dan filsuf lainnya.
Filsafat secara etimologi, dalam bahasa Arab Filsafat lebih dikenal dengan istilah falsafah sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Phylosophy serta dalam bahasa Yunani dengan istilah Philosophia. Kata Philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti kebijasanaan (wisdom) sehingga secara etimologis istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Bagi sebagian orang mempelajari filsafat menjadi pembelajaran yang sulit, karena didalam filsafat untuk mendefinisikan sesuatu secara mendalam diperlukan sebuah proses yang disebut sebagai proses berfikir dimana proses ini memacu kita untuk melakukan perjalanan atau penjelajahan fikiran yang harus dilakukan secara mendalam (radikal).
Filsafat dalam arti umum digunakan untuk menjawab pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai masalah yang sedang dihadapi dan mencari solusi yang tepat atas masalah tersebut. Kata filsafat juga banyak dipakai oleh orang Indonesia, meski dalam beberapa kasus tidak semua orang dapat memahaminya dengan benar. Dengan makna lain berfilsafat harus dapat diartikan sebagai usaha berpikir manusia yang mendalam.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter dengan alat ucap manusia yang menghasilkan suatu makna sehingga dapat dimengerti oleh manusia lainnya. Bahasa digunakan sebagai bentuk interaksi dalam kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan berkomunikasi satu sama lain melalui simbol-simbol bahasa yang telah disepakati.
Bahasa terkadang digunakan dalam berbagai konteks, seperti halnya bahasa pendidikan, bahasa militer, bahasa politik, bahasa cinta, dan lainnya. Adapula dikaitkan dengan seluk bahasa atau media bahasa, seperti halnya bahasa lisan, bahasa tulisan, dan bahasa tuturan. Pendapat tersebut adalah sebuah gagasan dari pikiran yang disampaikan oleh seseorang.
Bahasa dan filsafat merupakan dua hal yang tidak mungkin terpisahkan, keduanya seperti dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu dan bersama, utamanya dalam pengertian, bahwa tugas filsafat adalah menganalisis konsep-konsep, dan konsep-konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa, maka analisis tersebut tentunya berkaitan dengan makna bahasa yang digunakan dalam mengungkapkan makna-makna tersebut.
Menurut (Alston, 1964 : 1), Filsafat bahasa merupakan cabang filsafat khusus yang memiliki objek material bahasa. Berbeda dengan cabang-cabang serta bidang-bidang filsafat lainnya, filsafat bahasa dalam perkembangannya tidak mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan terdefinisikan dengan baik.
Hadirnya filsafat bahasa dalam ruang dunia filsafat dapat dikatakan sebagai suatu hal yang baru. Istilah ini muncul bersamaan dengan kecenderungan filsafat abad ke 20 yang bersifat logosentris. Dimana banyak para filosof yang memandang “bahasa” sebagai objek pemikiran mereka karena bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat.
Peranan filsafat bahasa dalam pengembangan ilmu bahasa sangat penting. Filsafat bahasa ini mempunyai kekhususannya, yaitu masalah yang dibahas berkaitan dengan bahasa, yang ungkapan-ungkapan bahasa nya mempunyai arti. Di dalam pengembangan bahasa peranan filsafat bahasa cukup jelas, akibat banyaknya timbul kata-kata baru, sinonim, struktur kalimat, singkatan (akronim) dan kaidah-kaidahnya. Ini semua karena ilmu pengetahuan yang semakin meningkat pada saat ini. Itulah mengapa bahasa mempunyai daya tarik tersendiri untuk dijadikan objek bagi penelitian filsafat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H