Mohon tunggu...
Dwi Supriyanti
Dwi Supriyanti Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMP Global Islamic School

Guru yang ingin berbagi tentang dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Penggunaan Bahasa Kasar di Kalangan Remaja, Bagaimana Menghadapinya?

6 September 2022   15:42 Diperbarui: 6 September 2022   15:49 4970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Penggunaan bahasa senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa. Penggunaan bahasa oleh remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh sosial media. Sayangnya penggunaan bahasa di sosial media yang sedemikian bebas, membuat bahasa kasar juga banyak digunakan oleh pelaku sosial media. Remaja yang memang hidupnya tidak bisa jauh dari sosial media menjadi terpapar karena biasanya apa yang biasa ditonton akan mucul terus menerus di FYP pengguna sosial media. Penggunaan bahasa kasar juga bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Faktor keluarga adalah yang terdekat. Ketika orang terdekat terbiasa mengucapkan kata-kata kasar, anak sebagai peniru ulung akan dengan sangat cepat berbuat serupa. Penggunaan bahasa kasar juga telah mengalami pergeseran. Jika sebelumnya kata-kata kasar diucapkan ketika marah atau spontan karena kesal, saat ini spontan untuk melihat sesuatu yang keren juga kerap menggunakan kata-kata yang kasar. 

Beberapa sebab remaja menggunakan bahasa kasar, diantaranya agar terlihat keren dan gaul, diterima oleh lingkungan karena lingkungannya terbiasa mengucapkan kata-kata kasar.  Untuk anak laki-laki mengucapkan kata-kata kasar dianggap membuat terlihat maskulin. Tentu ini adalah anggapan yang salah dan perlu diluruskan. Ada juga yang mengucapkan kata-kata kasar karena sudah menjadi kebiasaan, sehingga ketika kesal atau marah, spontan kata kata kasar yang keluar. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan pendidik ketika remaja berkata-kata kasar diantaranya :

Mengajak mengobrol, sejak kapan menggunakan kata-kata kasar, kapan menggunakannya, alasan menggunakannya, serta perasaannya ketika mengucapkan kata-kata kasar tersebut.

Melakukan edukasi, akan dampak buruk jika berkata-kata kasar. Pribadi yang santun dan menyenangkan akan mudah diterima oleh siapa saja. Berkata kasar dapat menyakiti perasaan, maupun melanggar hak orang lain untuk tidak mendengar ucapan yang tidak mengenakan. Kebiasaan berkata kasar juga bisa membuat citra negatif ketika tanpa sadar diucapkan didepan orang banyak, atau dipertontonkan di sosial media.

Memberikan sanksi seperti denda, jika sekali mengucapkan kata-kata kasar. Hal ini setidaknya akan menahan seseorang untuk tidak berkata kasar.

Membuat peer coaching, atau teman yang membantu mengingatkan ketika ada teman lainnya yang berkata-kata kasar. Hal ini akan menjadi kontrol bagi seseorang untuk mengurangi perkataan kasarnya untuk sampai dapat berhenti sama sekali.

Melakukan pengulangan, baik itu mengingatkan maupun memberikan edukasi agar pola positif menjadi terbentuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun