Ini tentang dilem dan sakit hati, kenapa? Haruskan ku katakan disini? Ini terasa sulit untuk ku, dan bahkan kesulitan mengungkapkan ini menjadi bagian dalam dilema itu. Kau boleh mengatakan" ini berlebihan, atau kau pun boleh mengatakan tak ada hal yang demikian" ya..aku pun berharap seperti ucapan mu, tak ada hal demikin yang menimpa ku.Â
Sekarang sudah sangat malam, tubuh ku bahkan sudah memohon pada sudut sudut ruang dalam kepalaku. "Biarkan aku berisitrahat meski sejenak" namun sesuatu topik dengan kejam mengusir tanpa belas kasih.Â
"Apa yang kau pikirkan, berfikir tanpa berindak itu hanya berakhir menjadi bualan klasik?"
"Apa yang kau katakan, apa aku merugikan mu dengan sesuatu di dalam otakku?"
"Lalu apa yang sudah kau hasilkan dengan sesuatu yang kau sebut di dalam otak mu itu? ...Omong kosong?" Dia pergi dan mengakhiri pertentangan dengan kalimat pertanyaan, bahkan mungkin itu tak nampak seperti pertanyaan melainkan cemoohan kejam.
Mereka bersaudara namun ibarat magnet mereka kutub yang berlawanan, namun takdir telah memaksa merka dalam ikatan itu. Seorang kakak laki-laki yang penuh dengan nada "KEBENARAN INI MILIK KU" dan seorng adik dengan prinsip "AKU PUNYA TUJUAN DAN AKAN KUDAPATKAN DENGAN CARAKU"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H