Mohon tunggu...
Dwi Setyaningsih
Dwi Setyaningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru biasa

sedang belajar mengungkap rasa..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nonton Wayang

3 Juli 2011   13:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kades Plantaran, Agus Mulyono, menyelenggarakan tasyakuran Khitanan putra pertama beliau, Biondy Adam, pada hari Sabtu Legi tanggal 2 Juli 2011. Dalam undangan dituliskan resepsi dilaksanakan pukul 11.00 - 14.00 WIB dengan hiburan organ tunggal. Sementara pada malam harinya ada hiburan Pagelaran Wayang Kulit dengan lakon "Lahire Wisang Geni". Pagelaran berlangsung di Lapangan BRIMOB pada pukul 19.00 WIB.

13096965351613500979
13096965351613500979
Dalam resepsi tersebut ada yang menarik yaitu jajanan yang disajikan; gemblong dan wajik. Jajanan yang biasanya muncul dalam acara pernikahan ataupun khitanan sebagai jajanan piringan untuk disuguhkan kepada para tamu yang njagong. Baru sekali ini disajikan sebagai pengganti snack yang biasanya berupa roti dan sosis ayam dalam acara prasmanan.
1309696834994682038
1309696834994682038
Sepulang dari acara resepsi, saya lihat panggung sedang disiapkan. Pagelaran ini adalah yang pertama setelah terakhir kali saya menyaksikan pagelaran wayang kulit di Desa Plantaran lebih kurang 15 tahun yang lalu. Selain para tamu undangan, penduduk sekitar juga bisa turut serta menyaksikannya karena tempatnya di lapangan yang cukup luas. Para pedagang yang mremo pun berdatangan untuk meramaikan acara tersebut.
13096972081264524152
13096972081264524152
Selepas isya, pagelaranpun siap dimulai dengan sejumlah waranggono dan sinden. Sayangnya, saya pribadi urung menyaksikan pagelaran tersebut karena anak-anak mulai mengantuk sementara acara belum juga dimulai (ayah mereka sedang tugas keluar kota sehingga saya harus momong 3 anak). Beruntung saya bisa menitipkan kamera pada bapak saya yang juga menghadiri acara tersebut, sehingga saya bisa menyajikan beberapa gambar di sini.
13096979661890579830
13096979661890579830
Sambutan dari pihak keluarga, pak Kades mengenakan baju batik.

1309698331106466249
1309698331106466249
Penyerahan wayang sebagai simbol dimulainya pagelaran.

13096985061937659622
13096985061937659622
Salah satu adegan.

13096986202084983083
13096986202084983083
Goro-goro.

Kiranya apa yang sudah dilakukan oleh pak Kades perlu mendapat apresiasi. Sangat jarang sekali kita bisa menyaksikan pagelaran wayang kulit seperti ini. Pagelaran tersebut telah memberikan warna hiburan rakyat, yang biasanya didominasi oleh panggung Dangdut. Selain itu juga memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada generasi muda, khususnya anak-anak dan remaja, untuk mengenal salah satu warisan budaya.

Anak-anak saya sendiri sampai di rumah langsung minta diceritakan tentang tokoh dunia pewayangan. Untunglah saya sedikit "melek" dan bisa menceritakan tentang Pandawa Lima dan Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong). Besok mungkin saya akan bercerita tentang Subali dan Sugriwo karena di Kabupaten Kendal terdapat tempat wisata yang berkaitan dengan cerita tersebut, yaitu Gua Kiskendo.

Kendal, 3 Juli 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun