Mohon tunggu...
Humaniora

Bagaimana nasib selanjutnya Etnis Rohingnya ?

13 Juni 2015   20:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Sebagai bangsa yang terdiri dari rangkaian pulau – pulau yang sambung menyambung menjadi kesatuan yaitu Indonesia. Dari rangkaian ribuan pulau – pulau yang pada masing masingnya memiliki kekhasan tersendiri. Terangkai bebermacam macam suku bangsa, yang terdapat di bumi Indonesia ini. Semua bersatu padu menjadi kesatuan yang merdeka. Hidup saling berdampingan meskipun berbeda beda, toleransi sangat di unggulkan dan di tanamakanserta tertuang dalam dasar negaranya.

Berada di benua Asia tepatnya di Asia Tenggara Indonesia adalah negara besar yang mayoritas rakyatnya beragama Islam yang juga berdampingan negan negara Malaysia dan Brunai Darusalam yang notabennya adalah Negara yang juga di mayoritasi penduduknya beragama Islam.  Yang berdamingan pula dengan negara yang di mayoritasi agama budha di Myanmar, Tiongkok dan  Vietnam yang mayoritasnya komunis dan sebagainya. dari negara negara yang memiliki jumlah mayoritas suatu agama yang juga memegang kekuasaan politik maka kebijkan politik yang ada cenderung pro dengan suara mayoritas dan kontra dengan suara yang minoritas.

Sebagai suku bangsa minoritas di negara Myanmar, keberadaannya di Myanmar tak diakui.  Karna keberadaannya yang hanya 4% diantara 89% beragama Budha dan 7% beragama lain- lain. Karena pidato salah seorang pemuka agama budha yang kemudian memicu konflik  dimana seperti menginginkan warga yang menganut agama Islam pergi dari bumi Myanmar. Konflik memanas dan para etnis rohingnya banyak di perangi melalui penembakan penembakan oleh pemerintahan yang ada. Karena tekanan dan desakan tersebut etnis tersebut keluar meninggalkan Myanmar

Dari kapal-kapal kecil kemudian berpindah ke kapal besar di Thailand namun setibanya di Thailand ketika mendarat etnis Rohingnya ini ditolak. Kemudian bertolak dari penolakan tersebut etnis ini berpindah dengan kapal – kapal kecil. Di kapal yang jauh lebih kecil dan kapal yang extra over kapasitas, dari penolakan yang terjadi diThailand mereka bertujuan menuju Indonesia dan Malaysia. Selama 2 bulan dikondisi kapal yang extra over kapasitas mereka bertahan hidup menerjang ganasnya samudra Hindia. Hingga akhirnya di selat malaka etnis Rohingnya ini bertemu dengan kapal nelayan Aceh yang sedang melaut di dekat selat malaka. Hingga pada akhirnya di bawa menuju pulau terdeat di provinsi Aceh.

Indonesia menampung dan menerima etnis Rohingnya tersebut “atas dasar kemanusiaan” etnis Rohingnya ini datang pada beberapa gelombang dan tersebar di kabupaten – kabupaten di pesisir utara provinsi Aceh. Menteri Sosial ibu Kofifah sempat mendatangi para pengungsi etnis Rohingnya ini, beliau menyebutkan bahwa dana yang ada untuk menangani para pengungsi Rohinghnya  adalah dari dana direktorat bencana sosial kementrian sosial.

Sebagai salah satu warganegara indonesia, menurut saya langkah awal Indonesia untuk bersedia menampung etnis Rohinya ini adalah keputusan yang bijak, dengan latar belakang alasan kemanusiaan. Namun langkah selanjutnya mengenai masa depan etnis ini adalah mungkin lebih bijak jika Indonesia memberikan kesempatan pada etnis ini untuk bertindak aktif untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia. Dan semoga terdapat timbal balik atas kebaikan yang di berikan Indonesia kepada Etnis Rohingnya.

Pertanyaan yang akan muncul selanjutnya adalah sampai kapan para pengungsi terus dibiayai oleh uang dari direktoral bencana kementrian sosial ? berapa bnyak lagi dana dari kementerian sosial yang terkuras untuk menangani kasus ini? Apa tindakan pemerintah selajutnya? Bagaimana dunia menanggapi dan ikut berperan dalam kasus kemanusian ini ? bagaimana masa depan para etnis Rohinya ini apakah akan masuk menjadi warga negara Indonesia ?

Semoga ini dapat menjadi renungan kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun