Program tersebut dirancang untuk memperkuat kapasitas kaum pemuda terutama perempuan agar dapat menghasilkan pendapatannya dan mengembangkan keterampilannya, sehingga mereka dapat keluar dari hubungan yang tidak sehat dan bisa lebih percaya diri dalam mengekspresikan dirinya, sehingga dengan adanya program pemberdayaan ini juga mampu mengurangi tingkat kekerasan yang terjadi terhadap kaum perempuan di Bolivia.
Pemberdayaan juga bisa dilakukan bukan dengan hanya pelatihan secara langsung, namun bisa juga memanfaatakan berbagai media sosial yang ada.
Seperti halnya pada jurnal milik Oono, et all (2021) yang berjudulu “Empowering Reality: The Development of an ICT4Injury Prevention System to Educate Parents while Staying at Home” dijelaskan bahwa pemberdayaan orang tua yang memanfaatkan sistem pemberdayaan secara virtual atau disebut sebagai empowering reality.
Sistem tersebut memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan bagi para orang tua untuk bisa menciptakan lingkungan rumah yang aman bagi anak-anak mereka, karena sering dan banyak terjadi kecelakaan yang menimpa balita di tempat tinggal mereka yang bisa membahayakan dirinya.
Adanya sistem pemberdayaan secara virtual tersebut dapat menjadi salah satu faktor pencegah terjadinya kecelakaan yang menimpa para balita di rumahnya.
Selain berhasil mengurangi terjadinya kecelakaan pada balita di rumah, sistem pemberdayaan tersebut juga berhasil memotivasi para orang tua untuk menciptakan lingkungan rumah yang jauh lebih aman lagi, juga memberikan kesempatan bagi para orang tua dan pendidik untuk memajukan pendidikan secara virtual untuk menciptakan lingkungan rumah yang aman.
Seperti yang kita ketahui bahwasannya pemberdayaan dapat dilakukan dalam, berbagai bentuk dan media. Seperti halnya dijelaskan dalam jurnal milik Ju,b, et all (2021) yang berjudul “From voiceless to voicing: The communication empowerment of sex-trafficking survivors by using participatory video” di mana sebuah grup di Filipina memanfaatkan video partisipatif dalam pelatihan digital sebagai sebuah media dalam program pemberdayaan bagi para penyintas perdagangan seks di Filipina.
Grup tersebut membuat program pemberdayaan bagi para penyintas perdagangan seks agar para penyintas dapat lebih berdaya dan merasa diterima kembali dikehidupan sosialnya, karena pada dasarnya para penyintas bukan hanya mengalami kekerasan secara fisik dan seksual,
mereka pun termarginalisasi dari kehidupan sosialnya. Grup tersebut membuat sebuah program pemberdayaan dalam pelatihan TIK dengan bentuk pelatihan digital untuk mempromosikan penyembuhan psikologis, mengekespresikan diri, membangun komunitas dan membentuk peluang kerja.
Setelah diadakannya pemberdayaan tersebut memberikan peluang bagi para penyintas untuk meningkatkan praktik komunikatif mereka, dan berkontribusi pada pengembangan partisipasi. Pemberdayaan ini juga berguna sebagai alat yang mendukung komunikasi dan membuat para penyintas merasa lebih berdaya lagi karena mendapatkan berbagai dukungan dari orang di luar.
Pemberdayaan juga dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dan mengurangi permasalahan yang ada. Seperti halnya dalam jurnal milik Damen, H et all (2021) yang berjudul “Parental empowerment as a buffer between parental stress and child behavioral problems after family treatment”