Mohon tunggu...
Dwi Rustanti
Dwi Rustanti Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah penulis pemula yang mengajar di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Penulis adalah penulis pemula yang mengajar kelas 6 di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Inklusi Juga Punya Prestasi

5 September 2022   21:40 Diperbarui: 5 September 2022   21:43 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah kami adalah sekolah inklusi  yang menerima siswa berkebutuhan khusus. Hampir setiap jenjang kelas ada siswa berkebutuhan khusus. Begitu pula dengan siswa kelas 6c, terdapat dua siswa berkebutuhan khusus. Dari hasil assessment dinyatakan bahwa kedua siswa berkebutuhan khusus tersebut adalah anak slow learn atau lambat belajar.

Siswa yang satunya, meskipun slow learn tapi anak dan orangtuaya sangat bersemangat untuk belajar. Berbeda dengan sebut saja namanya Reyfan. Ketika sampai sekolah dia lebih sering tidur. Bahkan sering juga dia tidak masuk. Beberapa kali saya menelpon orangtuanya menanyakan mengapa Reyfan tidak sekolah, baru setelah ditelpon besoknya dia ke sekolah. Datang ke sekolahpun tanpa membawa buku tulis dan bolpoin. Tidak jarang saya dan guru pembimbing khususnya memberikan buku dan pensil kepadanya.

Ketika ada surat tentang lomba anak berkebutuhan khusus tingkat SD dan SMP. Saya diajak berdiskusi dengan guru pendamping khusus atau GPK di sekolah kami. Kira-kira siapa saja yang diikutkan lomba menggambar, bermain dark dan membuat karya dari daur ulang. Akhirnya dengan beberapa pertimbangan seperti motorik dengan berat hati kami memilih Reyfan untuk mengikuti lomba daur ulang. 

Akhirnya dengan beberapa kali latihan ternyata diluar dugaan Reyfan mendapat juara 1 lomba daur ulang ABK tingkat SD dan SMP tingkat Kabupaten. Kegembiraan luar biasa kami rasakan anak yang suka tertidur di kelas ternyata memilki bakat yang terpendam, dia juga mendapat juara 3 lomba mewarnai di sekolah. Semenjak dia mendapat juara, diapun rajin datang ke sekolah.

Dari sini kita bisa menyimpulkan jangan sekali-kali memandang rendah anak berkebutuhan khusus karena sebenarnya dia memiliki bakat lain. Tinggal bagaimana kita menggali bakat dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut agar dapat berprestasi dan menjadi bekal dalam hidupnya kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun