Di bibir ranjang tua
Seusai suara reotnya berlalu
Ia yang biasa titip pesan pada Tuhan
Malam itu, ia langsung terpulas
Entah lupa atau karena tubuhnya sudah terlalu letih
Tanpa mimpi
Ia mengarungi alam sunyi
Ia tak butuh mimpi
Mimpi-mimpi kemarin hanya menyisakan perih
Dari sela dinding
Nampak tubuh ringkih
Bergerak gelisah di dalam pulasnya
Wajahnya tersirat jejak derita
Tanpa bantal
Tanpa selimut meredam gigil
Sepanjang hari kenyang angin
Menerjang badai caci-maki
Melahap jalanan
Menjajakan harapan
Hari itu tak satu pun harapan terbeli
Hingga hampir larut
Ia pun pulang
Tertunduk lesu
Berjalan gontai
Terduduk
Lalu bergegas memasuki alam tanpa suara
Berbantal tangis
Memeluk beban hidup tak berkesudahan
Larut
Dan tak ingin kembali terjaga