Patung Raden Wiryo
By. Dwiroso
Di sebuah desa, yang bernama Sumber Makmur, ada sebuah tempat yang disebut Punden. Di dalam Punden terdapat makam kepala desa yang sangat dihormati oleh rakyat desa tersebut. Namanya Raden Wiryo. Tepat didepan nisan makam yang membentang, berdiri patung atau kalau orang desa menyebutnya Retjo atau arca. Itulah patung dari Raden Wiryo, yang dibuat telanjang dada dengan posisi bersila dengan kepala mengenakan semacam penutup kepala atau udeng.
Tiap bulan Syuro Punden itu ramai didatangi orang. Tidak hanya orang-orang dari desa itu sendiri. Bahkan dari desa desa sekitar nya juga tidak sedikit yang berdatangan. Mereka biasanya berziarah sambil membawa uborampe berupa bunga tujuh rupa dan jajan pasar yang diletakkan dibawah patung Raden Wiryo. Tapi sekarang tidak hanya pada bulan Syuro saja, di hari hari tertentu seperti malam Jum'at Legi atau Jum'at Kliwon tak sedikit orang yang melakukan ritual "melekan" didepan makam mantan kepala desa tersebut.
Jauh sebelumnya, tepatnya beberapa puluh tahun silam. Di desa tersebut terjadi geger antara rakyat yang pro pembangunan patung dengan yang menolak. Pihak yang pro pembangunan patung memiliki dasar berfikir bahwa dengan adanya patung, akan menjadi tetenger bagi generasi mendatang tentang adanya sosok Raden Wiryo. Sedangkan yang menolak, beralasan bahwa keberadaan patung dari seseorang, akan mengundang praktek praktek pengkultusan dan bahkan kesyirikan.
Siapa sebenarnya Raden Wiryo hingga sangat dicintai oleh rakyat nya, sampai-sampai sosok nya di abadikan dalam sebuah patung atau arca?
Raden Wiryo dikenal  sebagai orang baik.
Gelar raden di depan namanya bukan karena ia keturunan keluarga priyayi, melainkan gelar penghormatan dari para warga desa ketika ia diangkat menjadi kepala desa.Â
Ia di pilih menjadi pemimpin di desanya , Desa Sumber Makmur
Sepanjang hidupnya yang ia pikirkan hanya kesejahteraan rakyat desanya.
Setiap hari ada saja yang mendatangi rumahnya.