Pada abad 21 ini guru dituntut untuk bisa mengembangkan media yang digunakan sesuai dengan perkembangan jaman. Sejalan dengan hal ini terdapat arahan dari Menteri Pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi Nadiem Anwar Makariem, B.A., M.B.A bahwa Indonesia memiliki program dalam revolusi pendidikan dari pendidikan yang masih bersifat LOTS dengan zona nyamannya peserta didik serta guru diharapkan bisa menerapkan dan terbiasa dengan soal yang bersifat HOTS keluar dari zona nyamannya. Proses pembelajaran yang baik haruslah memuat aspek interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi dan memberikan ruang yang lebih bagi siswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian, sesuai dengan bakat dan minat siswa. Meskipun guru hanya sebagai fasilitator dalam sebuah pembelajaran, dan siswa yang dituntut untuk lebih aktif, guru harus mampu membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan untuk merangsang siswa lebih aktif dalam belajarÂ
Dengan penerapan HOTS sendiri diperlaukan media pembelajaran yang mampu menjadi stimulus agar siswa berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Pak Nadiem mengarahkan pendidik untuk bisa beradaptasi dengan menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Pendidik harus bisa menerapkan TPACK (technological pedagogical content knowledge ).
 Ronald T. Azuma (2008) mendefinisikan augmented reality sebagai penggabungan benda-benda nyata dan maya di lingkungan nyata, berjalan secara interaktif dalam waktu nyata, dan terdapat integrasi antarbenda dalam tiga dimensi, yaitu benda maya terintegrasi dalam dunia nyata. Menurut saya genereasi yang kita hadapi sekarang merupakan generasi Z. Generasi Z adalah generasi yang terbiasa dengan teknologi. Pendidik dalam khusunya guru Sekolah Dasar harus siap dalam perkembangan teknologi dan bisa beradaptasi dengan fenomena yang ada.Â
Fenomena -fenomena anak jaman sekarang lebih terpapar dengan aplikasi-aplikasi game online yang disebabkan mudahnya peserta didik untuk mengakses , sehingga saat peserta didik diberi pelajaran oleh guru di Sekolah. Peserta didik tersebut terlihat bosan dan tidak mau memperhatikan penjelasan dari gurunya secara maksimal karena dianggap sudah ketinggalan jaman.Â
Dengan fenomena tersebut saya berkesimpulan perlu adanya media teknologi yang bisa menambah fokus anak dalam pembelajara yaitu media Augmented Reality yang saya dapatkan di Assemblr Edu.
Media Augmented Reality (AR) merupakan salah satu teknologi yang menggabungkan objek virtual dengan objek nyata. Salah satu bidang yang mengunakan teknologi AR ini adalah bidang pendidikan, digunakan sebagai alat bantu pembelajaran untuk membuat pelajar lebih memahami materi yang diberikan.Menurut Ilmawan Mustaqim  dalam penelitiannya sebuah sistem pasti terdapat kelebihan dan kekurangan, tak terkecuali Augmented Reality. Kelebihan dari Augmented Reality adalah sebagai berikut : 1) Lebih interaktif, 2) Efektif dalam penggunaan, 3) Dapat diimplementasikan secara luas dalam berbagai media, 4) Modeling obyek yang yang sederhana, karena hanya menampilkan beberapa obyek, 5) Pembuatan yang tidak memakan terlalu banyak biaya, 6) Mudah untuk dioperasikan. Sedangkan kekurangan dari Augmented Reality adalah: 1) Sensitif dengan perubahan sudut pandang, 2) Pembuat belum terlalu banyak, 3) Membutuhkan banyak memori pada peralatan yang dipasang. Namun ketika kekurangan tersebut bisa diatasi sehingga media ini bisa menjadi alternatif solusi bagi kita. Menurut literatur yang saya baca media Augmented Reality bisa meningkatkan hasil belajar siswa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H