Kebudayaan merupakan suatu adat istiadat atau kebiasaan yang lahir secara alamiah dan berkembang dalam masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini telah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.Â
Mengingat Indonesia kaya akan beribu-ribu pulau sehingga tidak heran bahwa terdapat berbagai macam keberagaman budaya. Dan pastinya setiap daerah mempunyai cara pelestarian yang berbeda-beda.
Seperti halnya yang ada di kabupaten Jombang. Kabupaten Jombang mempunyai festival kebudayaan unik yaitu Festival Watu Gilang. Festival yang diselenggarakan di desa Mojokrapak kecamatan Tembelang kabupaten Jombang ini dilaksanakan selama tujuh hari.Â
Festival dimulai dengan kirab Watu Gilang dan pusaka mengelilingi desa dengan iringan kesenian kuda lumping, musik patrol dan parade komunitas onthel tua yang sebelum akhirnya ditempatkan kembali ke tempat asalnya yakni di dusun Gilang.Â
Jika ditelusur menurut bahasa Indonesia, Gilang artinya cemerlang atau bercahaya. Selain itu, dalam rangkaian acara festival disajikan penampilan teatrikal pencak silat yang menceritakan asal usul tanah Mojokrapak.Â
Untuk menambah kemeriahan, diselenggarakan juga bazar, penampilan kebudayaan daerah, dan ditutup dengan penampilan seribu rebana. Masyarakat menyambutnya dengan penuh antusias.Â
Tidak hanya memperkenalkan potensi kebudayaan daerah, festival ini juga dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan daya guna dan keativitas masyarakat. Sebenarnya tradisi ini telah ada sejak dahulu, namun untuk perayaan baru diselenggarakan tahun ini dan akan menjadi agenda rutinan desa setiap tahunnya.
Terkait sejarah, petilasan Watu Gilang yang terletak di desa Mojokrapak kecamatan Tembelang kabupaten Jombang telah ada sebelum Indonesia merdeka.Â
Prasasti ini diduga sebagai peninggalan kerajaan Medang Kamulan dan telah tercatat sebagai benda bersejarah peninggalan kerajaan kuno dengan nomor 10/JMB/91.Â
Meskipun telah masuk sebagai cagar budaya Jombang, namun status dari prasasti ini adalah in situ atau masih berada pada lokasi aslinya. Prasasti Watu Gilang ini sebagai tanda peperangan Ronggolawe dengan Patih Nambi yang terjadi di sungai Tambak Beras yang mana masyarakatnya banyak lari ke Gilang dimana dulunya merupakan hutan yang sangat lebat.Â
Disamping itu, para pejuang zaman dahulu juga berbondong-bondong menyembunyikan diri dari kejaran Belanda ke Gilang kemudian bertemu poho mojo yang rapak-rapak, inilah yang menjadi cikal bakal babat alas dan tercipta nama desa Mojokrapak. Sehingga dapat diketahui bahwa leluhur desa Mojokrapak berawal dari dusun Gilang tempat dimana prasasti ini ditemukan.