Mohon tunggu...
Dwi Rangga Adhiyaksa
Dwi Rangga Adhiyaksa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif hidayatullah Jakarta, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswa Universitas Islam Negri Syarifhidayatullah Jakarta, prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Paradji Difitnah oleh Nartiti dalam Novel "Larutan Senja" Karya Ratih Kumala

30 Oktober 2023   18:14 Diperbarui: 30 Oktober 2023   18:48 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Novel yang saya pilih adalah Larutan Senja karya Ratih Kumala. Ceritanya cocok dibaca untuk bersantai di sore hari atau di waktu senggang atau sekedar iseng.

Novel Lautan Senja bercerita tentang seseorang yang selalu melakukan sesuatu  yang baru untuk dunia, namun Tuhan selalu memberikan pembaruan tersebut dengan sangat mudah. Ketika Sang Pencipta dapat diterapkan pada dunia, Tuhan selalu menerima pujian dari manusia. Kemudian seseorang berhasil menciptakan solusi senja. Namun, seseorang sudah berjanji tidak akan menjualnya lagi kepada tuhan. Sayangnya, tuhan berhasil mencuri larutan senja tersebut. si seseorang marah besar dan akhirnya membuat sesuatu hal yang baru akan merusak dunia dan ciptaan tuhan. Ia menamakan itu dengan sebutan bencana.

Sang Paradji diceritakan di dalam novel Larutan Senja sebagai seorang dukun kampung, si paradji ini selalu di fitnah oleh warga sekitar karena sering mengguna -- guna warganya untuk kepentingan dukunnya. Suami Nastiti merupakan sosok yang menyebarkan informasi hoaks atau selalu memprovokasi  Paradji untuk memanfaatkan rakyatnya. Pada akhirnya, seluruh penduduk desa jatuh cinta dengan pidato provokatif Nastiti sehingga Paradji ditangkap dan dijadwalkan untuk dibakar hidup-hidup. Namun Nastiti ingin membebaskan Paradji namun dengan satu syarat Paradji harus meninggalkan desa ini. Jika Paradji meninggalkan desa ini maka ia akan merasa lebih aman dan nyaman, Nastiti akhirnya menjadi paradji setelah kepergian paradji sebelumnya. Nastiti menjadi bidan, membantu ibu-ibu melahirkan.

Namun sejak Paradji meninggalkan desa ini, Nastiti berubah total menjadi sosok yang sangat menakutkan seperti Mak Lampir. Nastiti tidak lagi menggunakan alat kecantikan atau bedak. Pakaiannya sangat tua, kotor dan usang. Rambutnya sangat kusut dan acak-acakan. Dan paradji ternyata lebih sukses di tiga desa lainnya. Mendengar kabar tersebut, Nastiti sangat marah. Suatu hari, Nastiti pergi ke rumah Paradji di desa tetangga. Nastiti menusuk dada Paradji dengan pisau yang sangat tajam. Di akhir kematiannya, Paradji sangat dendam pada Nastiti dan berkata:

"Aku akan datang dari bayi yang lahir di tujuh bulan purnama dan aku akan menaruh belati ini di dadamu."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun