Kota yang bejuluk seribu sungai yaitu Banjarmasin memiliki berbagai macam masalah, terutama pada sumber air bersih karena sungai-sungai yang terdapat pada kota Banjarmasin mengalami penurunan kualitas air akibat industri domestik, dan kegiatan yang lainnya akan mempengaruhi kualitas air. Sehingga dapat menyebabkan gangguan, kerusakan, dan bahaya lainya terhadap makhluk hidup yang bergantung pada sumberdaya air, untuk itu diperlukan pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya air secara tepat dan bijak. Kota Banjarmasin yang berada di antara 316'46" - 322'54" Lintang Selatan (LS) dan 11431'40" - 11439'55" Bujur Timur(BT). Letak tersebut membuat Kota Banjarmasin hampir berada di tengah-tengah wilayah Indonesia. Kota ini berada pada ketinggian rata-rata 0,16 m di bawah permukaan laut sehingga hampir seluruh wilayah digenangi air pada saat air pasang. Air sungai yang ada di Kota Banjarmasin jika dilihat dari warnanya saja sangat diragukan kualitas airnya, maka perlu dilakukan penelitian tentang kualitas airnya.
Apa itu pencemaran air sungai ? Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh berbagai macam limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air  yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pencemaran sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Pada Saat ini hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air, sungai atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated phenols), adalah salah satu bagian dari pencemar yang sering ditemukan. Pestisida biasanya digunakan di bidang pertanian, kehutanan dan rumah tangga.
Mengapa dikatakan air tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai  fungsinya. Dua fenomena alam seperti letusan gunung berapi, pertumbuhan gulma yang  cepat, angin topan dan gempa bumi bukanlah penyebab utama perubahan kualitas air, tetapi ini tidak dapat disalahkan pada pencemaran  air alami, pencemaran sungai alami dan antropogenik. kegiatan Pencemaran alam  sungai karena pengendapan asam, kebakaran hutan, letusan gunung berapi dan erosi sedimen. Sedangkan pencemaran sungai yang sering disebabkan oleh manusia terbagi menjadi banyak sumber pencemaran, antara lain limbah industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit dan limbah pertambangan.
Ada banyak jenis faktor yang mencemari sungai, salah satunya adalah gaya hidup masyarakat Banjarmasin sebagai penyebab utamanya, seperti aktivitas mandi, cuci, kasus (MCK) yang selalu berada di bantaran sungai. Tangki septik terbuat dari kayu, sehingga mencemari air tanah dan ekosistem sungai. Sampah domestik seperti sampah organik (sisa makanan), sampah anorganik (plastik, gelas, barang kaleng) dan bahan kimia (deterjen, baterai) juga berperan penting dalam pencemaran air, baik air  permukaan maupun air tanah. /bakteri, dan perubahan sifat fisik dan kimia air. Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang tidak terkendali (eutrofikasi berlebihan). Ketika tanaman air ini mati, dekomposisi mereka membutuhkan lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Untuk menghindari pencemaran air, diharapkan penduduk kota Banjarmasin dapat mengurangi pencemaran dengan membangun septic tank umum yang dibangun oleh pengembang properti (Perumahan), mengubah kebiasaan buruk mereka tentang toilet umum dan mendorong orang untuk bergabung dengan layanan air limbah  kota. Dengan cara ini kontributor E-Coli dapat dihapus, tingkat pencemaran E-Coli  sungai konsisten dengan jumlah jamban apung. Dari segi kesehatan, E Coli menyebabkan diare. Aturan baku kandungan bakteri E Coli adalah 100 mpn (most probability number) per 100 mm (milimeter) Kandungan E-Coli  di Sungai Banjarmasin  jauh lebih tinggi dari ambang batas baku, bahkan puluhan ribu distributor. Jalan satu-satunya adalah dengan memindahkan jamban ke sungai, dalam kehidupan sehari-hari untuk melayani kebutuhan hidup, tidak menambah timbulan pencemar terutama tidak membuang sampah domestik, limbah rumah sakit, sampah/sampah sembarangan, tidak membuang sembarangan, mengalirkan air ke  sungai, danau, dan parit.
Dwi Ramadani, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Program Studi Geografi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H