Mohon tunggu...
dwi rahmanto
dwi rahmanto Mohon Tunggu... -

saya adalah pemuda yang sedang menuntut ilmu untuk berkarir.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ya Ampun, Belajar Ja Ada Teorinya!!

14 Desember 2010   17:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12923478831073937503

Setiap orang pasti pernah mengalami atau melakukan ”belajar”, entah itu disadari atau tidak. Untuk itu ada pepatah yang mengatakan “Pengalaman adalah guru yang terbaik” tapi apakah guru yang terbaik selalu berpengalaman?? Mari kita telusuri apakah anda termasuk guru yang berpengalaman.

Dalam proses belajar terdapat beberapa teori, dimana teori merupakan interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan yaitu bidang belajar dan pembelajaran. Ada tiga fungsi teori pembelajaran. Fungsi tersebut berbeda-beda namun saling terkait dengan erat antara lain :

Pertama teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap satu bidang pengetahuan yang menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari. Dengan demikian teori berfungsi sebagai petunjuk dan sumber stimulasi bagi penelitian dan pemikiran ilmiah.

Kedua, teori pembelajaran berupaya untuk meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran kedalam ruang yang cukup kecil.

Ketiga, teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan bagaimana pembelajaran itu berlangsung.

Berikut adalah macam-macam teori belajar menurut para ahli :

1. Teori Behaviorisme

Teori behaviorisme memandang persoalan pembelajaran sebagaipersoalanhubungan stimuli dan respon. Respon bisa berwujud item perilaku, sementara stimuli merupakan input energi untuk mempengaruhi perilaku. Proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Pavlov,Watson, Thorndike, Guthrie, Hull, dan Skinner.

2. Teori Belajar Kognitif

Teori Kognitif menekankan penjelasan mengenai persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah yang semuanya beroprasi pada individu. Tokoh teori kognitif yang paling terkenal adalah Jean Piaget (1896-1980). Tokoh aliran kognitif lainnya adalah Jerome S. Brunner.

Dalam teori kognitivisme faktor individu penting dalam belajar. Pada teori ini, otak berfungsi sebagai alat menginterpretasi sehingga muncul makna yang unik, sehingga bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Menurut teori ini belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Secara umum teori ini memiliki pandangan bahwa belajar atau pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat intelektualitas lainnya.

Ada beberapa tahapan perkembangan kognitif anak menurut Piaget, tahapan-tahapan itu adalah:

a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun).

Hal yang menonjol adalah kegiatan motorik dan persepsi sangat sederhana.

b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun).

Anak sudah mulai menggunakan symbol atau bahasa tanda. Dan juga mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.

c. Tahap opersional konkret (umur 7/8 tahun- 11/12 tahun).

Anak mampu menggunakan aturan-aturan yang sistematis, logis, dan empiris. Pada tahap ini juga adalah tahap melakukan transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakan lebih efektif.

d. Tahap operasional formal (umur 11/12- 18 tahun).

Anak sudah mampu berfikir abstrak dan logis, serta memiliki kemampuan menggunakan pola berfikir dan mampu berfikir ilmiah.

Berbeda dengan Piaget, tahap perkembangan kognitif anak menurut Brunner melalui tiga tahap yaitu:

a.Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitar.

b.Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar –gambar atau visualisasi verbal.

c.Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

3. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan bagian dari teori kognitif. Teori ini memandang bahwa siswa harus aktif dalam pembelajaran. Jadi pembelajaran tidak hanya terpaku pada pendidik. Belajar merupakan proses membangun pengetahuan dari pengalaman. Maka dari itu siswa harus aktif dalam membangun pengalaman agar tercipta pengetahuan. Teori ini lebih menekankan proses pengalaman yang menciptakan pengetahuan sehingga terjadi proses belajaryang bersifat demokratis dan dialogis. Dengan kata lain, guru hanya membimbing agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan perkembangannya dan sebagaimana mestinya.

4. Teori Humanistik

Teori humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia, bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif yang erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang intinya meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam teori ini pembelajaran diterapkan agar dapat membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Semua sarana dan prasarana dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai kesempurnaan hidup bagi manusia.

Pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dan motivasi dalam pembelajaran. Pendidik diharapkan mampu membantu siswa untuk mengembangkan dirinya dan mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Hal itu dikarenakan dalam teori humanistic lebih mementingkan kepentingan peserta didik dari kepentingan lainnya. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar mampu memahami lingkungannya dan dirinya sendiri dan berkaitan dengan keberhasilan akademik.

Menurut Kolb teori belajar dibagi dalam empat tahap yaitu:

ØTahap pengalaman konkret, Seseorang mampu mengalami suatu peristiwa atau kejadian sebagaimana adanya.

ØTahap pengamatan aktif dan reflektif, Proses pembelajaran harus memberi kesempatan kepada seluruh siswa melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.

ØTahap konseptualisasi, Memberi kebebasan kepada siswa untuk merumuskan konseptualisasi hasil pengamatannya.Agar siswa berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.

ØTahap eksperimentasi aktif, Proses belajar harus mampu melakukan eksperimentasi secara aktif. Sehingga siswa mampu mengaplikasi konsep-konsep, teori-teori, atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.

Masing-masing teori menekankan aspek tertentu dalam proses pembelajaran yang perlu kita pertimbangkan. Semuanya memiliki fungsi memperkaya kita terhadap situasi-situasi pembelajaran yang kita amati dan membantu kita menemukan solusi atas masalah pembelajaran yang kita hadapi.

Teori-teori pembelajaran memiliki persoalan dan perbedaan yang membedakan dengan teori yang lainnya, selain itu juga memiliki perubahan dari masa ke masa menuju keperbaikan. Persoalan yang mendasar antara lain persoalan mengenai hakikat pembelajaran dan proses pembentukan teori (Hilner 1978).

Delapan persoalan yang kontrofersial antara lain:

·variabel perantara yang digunakan,

·hal-hal tertentu yang berperan sebagai variable perantara dalam teori bersifat kognitif atau koneksionisme,

·penguatan yang digunakan dalam teori merupakan hakikat dasar dan inti dalam pembelajaran,

·suatu pembelajaran yang harus dianalisis pada level molar atau pada level molecular,

·apakah teori tersebut disajikan secara formal atau informal,

·luas cakupan teori tersebut,

·penekanan diberikan pada pengaruh aspek bawaan terhadap perilaku dan pada pengaruh batasan-batasan biologis (biological constraints) terhadap pembelajaran,

·kepraktisan teori tersebut.

Persoalan-persoalan teori tersebut diperdebatkan oleh para teoritis yaitu seperti Tolman, Hull, Skinner, Thorndike, Watson, Guthrie, Estes dan Miller. Mereka memperdebatkan masalah-masalah tersebut sesuai dengan teori-teori yang mereka kemukakan.

Dari persoalan-persoalan yang ada maka terjadilah pergeseran dalam perkembangan teori; yaitu pergeseran teori Koneksionisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, sampai Humanisme. Pergeseran tersebut terjadi untuk memperbaiki dan melengkapi teori yang ada. Walaupun pada dasarnya tidak ada teori yang paling baik.

Teoritis koneksionisme menyatakan bahwa respon akan menghasilkan stimulasi, yang pada gilirannya bisa menghasilkan respon-respon lainnya. Peralihan para teoritisi dalam tradisi koneksionisme ke kognitif mencakup pembahasan mengenai hal-hal yang dipelajari orang dari orang lain, persepsi, motivasi, dan pemecahan masalah yang semuanya beroprasi pada individu.. Pada masa koneksionisme orang-orang mengesampingkan pembelajaran semacam itu dan lebih focus pada pembelajaran dengan tindakan.

Berdasarkan kelemahan tersebut maka teori ini, bergeser menuju teori kontruktivisme.Teori konstruktivisme merupakan bagian dari teori kognitif. Teori ini memandang bahwa siswa harus aktif dalam pembelajaran agar tercipta pengetahuan.

Namun ternyata teori ini masih memiliki kelemahan atau kekurangan karena tidak memperhatikan perkembangan kepribadian peserta didik. Sehingga teori ini bergeser ke teori humanistic.Pada intinya teori humanistik itu memanusiakan manusia. Jadi selain mempehatikan keaktifan siswa pendidik juga harus dapat memotivasi siswa. Supaya siswa memiliki keinginan untuk belajar. Kita sebagai pendidik juga harus merencanakan pembelajaran dengan baik.

Dari penjelasan diatas, sudahkah anda menerapkan teori pembelajaran tersebut?? Dan apakah Anda mengetahui bagaimana respon  siswa Anda tentang gaya mengajar Anda??? Senangkah atau bosankah????

Referensi :

Hill, F, Wilfred. 2009.Theories of Learning. Terj. Teori-teori Pembelajaran. Bandung: Nusa Media.

Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: Rasail Media Group.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun