Apakah memasak kue menjadi hobi Anda? Atau Anda adalah salah satu pecinta rasa vanili? Tahukah Anda, bahwa ternyata, pencita rasa dan aroma vanila yang biasanya kita konsumsi dalam makanan atau minuman adalah salah satu produk yang berasal dari biji vanili. Sebenarnya apa itu vanili? Secara alami, vanili diproduksi dari tanaman yang tergolong ke dalam familia Orchidaceae (familia ini dikenal dengan bunga anggreknya), yaitu tanaman Vanili planifolia.
Mungkin sebagian dari Anda belum mengetahui fakta yang sangat mengejutkan tentang vanili yang biasanya dijual di pasaran saat ini. Ternyata, vanili-vanili yang diproduksi dengan berbagai macam merk di pasaran adalah vanili yang dibuat dari olahan pabrik dengan cara sintetis, bisa tanpa menggunakan tanaman aslinya -yaitu Vanili planifola-, atau bisa saja hanya menggunakan sedikit saja ekstraknya. Ada beberapa alasan mengapa pihak pabrik tidak menggunakan ekstrak tanaman itu, salah satunya adalah karena tanaman ini sulit didapat berhubung karena cara penyerbukan mereka yang sangat sulit dan lama untuk menghasilkan biji atau tanaman baru. Namun, di zaman modern seperti sekarang ini, kita masih bisa menggunakan bahan alami untuk memproduksi vanili. Beberapa percobaan telah dilaksanakan untuk memproduksi vanili dengan menggunakan bahan mentah yang alami (contoh: Isoeugenol (IG)).
Nuttawat Wangrangsimagul, peneliti dari Mahidol University, Bangkok, Thailand, bersama beberapa rekannya pada tahun 2011 lalu telah melakukan penelitian mengenai pembuatan vanili secara alami menggunakan Isoeugenol (IG) dengan bantuan mikroorganisme Brevibacillus agri 13. Bakteri ini, sebelumnya memang sudah dilaporkan sebagai bakteri yang seluruh sel tubuhnya digunakan sebagai biokatalisator untuk memproduksi vanili. Pada penelitian mereka, penggunaan IG dipertimbangkan karena IG dianggap sebagai starter yang murah untuk memproduksi vanili, karena IG bisa didapatkan dari ekstrak Eugenia caryophyllus atau minyak cengkeh. Nah, dengan bantuan bakteri Brevibacillus agri 13, maka substrat IG yang berasal dari minyak cengkeh dapat dirubah menjadi vanili.
Ternyata, pembuatan dan pelaksanaan penelitian ini cukup rumit. Peneliti membutuhkan berbagai macam bahan kimia dan medium untuk penumbuhan bakteri. Pada penelitian, Bacto Agar digunakan sebagai medium tempat tumbuhnya bakteri B. agri 13. Â Banyak langkah yang harus ditempuh dalam membiakkan bakteri agar dapat menjadi biokatalisator dalam pembuatan vanili ini, mulai dari pengulturan bakteri, pengecekan keefektivan media tumbuhnya, hingga analisis dan pengujian kadar vanili. Bahkan, dalam pelaksanaannya, dilakukan pula uji toksisitas (uji kadar racun). Mengapa harus melakukan uji toksisitas? Karena ternyata, proses perubahan IG menjadi vanili oleh bakteri tertentu dapat menimbulkan racun dengan kadar tertentu. Oleh karena itu, diperlukan uji toksisitas agar vanili yang diproduksi aman untuk dikonsumsi.
Setelah dilakukan penelitian, IG yang digunakan memiliki kadar racun yang cukup tinggi. Untuk mengatasi hal ini, digunakanlah sistem bifasik (Biphasic system) dengan penambahan BtOAc atau yang dikenal dengan butil asetat, yaitu suatu jenis pelarut alami yang memang efektif digunakan dalam metode biphasic system ini. Berdasarkan hasil penelitian Wangrangsimagul, ternyata BtOAc dapat menurunkan kadar racun bakteri B. agri 13 yang muncul dari IG. Kelebihan dari BtOAc tidak hanya menghasilkan produksi vanili yang lebih banyak, tapi juga dapat menghasilkan vanili dalam waktu yang lebih singkat. Dengan adanya kenyataan ini, membuat kita semakin percaya bahwa tak selamanya vanili yang kita konsumsi harus berbahan sintetis. Buktinya, masih ada cara lain agar kita dapat memproduksi vanili dengan menggunakan bahan alami, yaitu dengan bantuan bakteri B. agri 13.
Walaupun pembuatan vanili secara alami dapat diatasi dengan menggunakan bahan dasar IG atau Isoeugenol dan bantuan bakteri Brevibacillus agri 13, tapi ternyata hasil yang diproduksi belum bisa semaksimal pada saat produksi vanili di pabrik. Walaupun BtOAc sudah ditambahkan untuk menanggulangi tingginya kadar racun yang ditimbulkan oleh IG yang digunakan, tapi hal ini belum bisa membuat vanili yang diproduksi menjadi aman untuk dikonsumsi dalam skala pasar. Di akhir penelitiannya, Wangrangsimagul beserta tim menyatakan bahwa optimalisasi pembuatan vanili secara alami dengan menggunakan sel bakteri B. agri 13 dalam biphasic system masih dalam proses investigasi. Semoga beberapa waktu yang akan datang kita dapat segera menemukan cara terefektif dalam pembuatan vanili ini.
Sumber :Â http://link.springer.com/article/10.1007/s00253-011-3510-1/fulltext.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H