Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam tahap remaja awal dengan kisaran usia antara 12-15 tahun dan sedang berada dalam masa pubertas. Santrock (2006: 87) menyatakan masa remaja awal dimulai dengan masa pubertas (puberty), yaitu perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal. Perubahan fisik yang terjadi tentu saja mempengaruhi penampilan fisik, seperti bertambah berat badan, tinggi badan, dan lainlain. Sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik.
Sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh remaja. Menerima perubahan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif bukan hal yang mudah bagi remaja. Banyak remaja mengalami masalah dalam penerimaan diri, remaja merasa tidak mampu menerima perubahan fisik yang terjadi, karena tidak puas dengan penampilan yang dimiliki. Remaja yang memandang diri sebagai individu tidak berpenampilan menarik, bodoh, mereka memiliki banyak sekali kekurangan dan merasa diri paling tidak beruntung akan menimbulkan penyesalan terhadap diri dan menjadi tidak percaya diri.
Siswa dengan penerimaan diri yang rendah tersebut maka siswa akan mengalami hambatan dalam memenuhi tugas perkembangan, khususnya dalam mencapai aktualisasi potensi diri. Jika tidak diberi bantuan, siswa dengan penerimaan diri yang rendah akan kesulitan dalam menerima kondisi diri sehingga tidak percaya diri dan kesulitan mencapai prestasi secara optimal. Berdasarkan hal tersebut untuk mengatasi rendahnya penerimaan diri maka diperlukan suatu upaya layanan konseling dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Konseling realita memiliki pendapat bahwa sumber dari masalah individu karena tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dalam cara yang bertanggung jawab.Â
Menurut Glasser (Darminto, 2007:152), manusia dapat mengubah perasaan, tindakan, dan nasib (kehidupannya) sendiri. Namun, itu dapat dilakukan hanya jika manusia telah menerima tanggung jawab dan bersedia mengubah identitasnya. Perubahan identitas dapat terjadi jika individu dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang bertanggung jawab. Menurut Glasser (Darminto, 2007:152), manusia dapat mengubah perasaan, tindakan, dan nasib (kehidupannya) sendiri. Namun, itu dapat dilakukan hanya jika manusia telah menerima tanggung jawab dan bersedia mengubah identitasnya. Perubahan identitas dapat terjadi jika individu dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara yang bertanggung jawab.
Pendekatan konseling yang lebih cocok digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan penerimaan diri siswa yaitu dengan menggunakan konseling kelompok dengan Teknik realita karena tujuan dari konseling realitas yaitu membimbing konseli ke arah mempelajari tingkah laku yang realistis yaitu menerima kenyataan yang dihadapi konseli dan bertanggung jawab terhadap perilaku serta mengembangkan "identitas keberhasilan". Membantu konseli dalam mengambil pertimbangan nilai tentang tingkah lakunya sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan, Pada konseling realitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan istilah yang dikemukakan Glasser (dalam Latipun 2005: 128), yaitu "identitas kegagalan".Identitas kegagalan itu ditandai dengan keterasingan, penolakan diridan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, tidak bisa membuat pilihan secara realistis, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.Â
Rendahnya penerimaan diri ini diharapkan dapat di atasi melalui konseling realitas dengan melakukan perencanaan yang rinci, matang dan tersusun secara sistematis, serta persiapan yang cukup (baik secara fisik, mental/pun emosional) dan apresiasi terhadap kelebihan dan kemampuan yang dimiliki. Konseli dibantu merumuskan tingkah laku apa yang akan diperbuatnya. Dengan demikian, konseli dapat mengungkapkan harapan dan keinginannya, dapat berperilaku yang bertanggung jawab, yang pada akhirnya dapat merubah anggapan buruk tentang dirinya sendiri yang tidak berguna dan lebih optimis dalam menatap masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H