Aku terheran ketika melihat keberadaan Langit selain di hari Senin. Kali ini pertama kalinya aku mengetahui bahwa ternyata dirinya bisa juga masuk di hari biasa selain hari Senin. Cengiran khasnya itu ia berikan ketika menyadari aku yang sudah memasukki gerbang sekolah, dia sedikit berlari ketika menghampiriku dan berdiri di hadapanku.
"Hai," sapanya hangat dengan senyuman terhias di wajahnya. Anehnya aku merasa sorotan mata dan senyumannya tidak berbinar seperti biasanya, bahkan ia terlihat pucat.
"Kamu sakit?" tanyaku tanpa membalas sapaannya. Dia sedikit tersentak dengan wajah yang sedikit cemberut.
"Tidak, tuh. Yuk ah, ke kelas!" ajaknya sambil menggandeng tanganku, ah- sepertinya lebih tepat untuk mengatakan bahwa dia menarikku untuk mengikutinya.
Aku tidak membalas dan hanya membiarkannya menyeretku untuk ke kelas kami. Sepanjang jalan tidak ada pembicaraan, hanya aku yang berada di balik punggungnya dan mengikutinya seperti anak ayam. Sorotku terpaku pada punggungnya dan kemudian mengarah ke bahunya hingga lengannya, kenapa dia terlihat semakin kurus?
Namun entah kenapa aku kelu untuk sekadar bertanya, rasanya tidak terdengar penting untuk di tanyakan. Aku hanya membiarkan waktu berjalan semestinya tanpa merasa khawatir akan apapun, seperti biasanya.
---
Hari berlalu cepat dan tak terasa sekarang sudah hari Minggu saja. Aku sudah terbiasa dengan adanya Langit yang selalu menganggu kehidupanku, bahkan rasanya ini pertama kalinya aku melihat Langit tidak pernah absen semenjak kejadian waktu senin sebelumnya. Ia juga sering pulang bersamaku dan terkadang aku pulang sedikit larut hanya untuk menuruti permintaannya untuk berjalan - jalan disekitar taman sambil berbincang bersama. Kami bertukar cerita, hobi, kebiasaan, dan bahkan hal yang menurutku tidak penting pun ikut luput dalam pembicaraan kami. Bahkan sekarang aku merasa bahwa kehidupanku mengalami perubahan, sebelumnya aku benar - benar merasa gitu - gitu saja, tetapi sekarang berbeda.
Aku mulai dapat memandang dunia sebagai semestinya dan mulai memperhatikan sekitarku. Aku yang tidak peduli apapun tentang hal yang menurutku tidak penting, kini aku mulai membiasakan diriku untuk tidak menganggap remeh yang ada di sekitarku. Kehadiran Langit juga membantuku dalam mengungkapkan apa yang sedang aku pikirkan atau aku merasa terbebani, sisi ceria dan menghibur yang Langit berikan kepadaku terkadang memberikan banyak arti bagiku. Membuatku semakin paham mengapa anak ini banyak disenangi orang banyak, dibalik sikapnya yang terkadang seenaknya tetapi tidak menutupi sifatnya yang sebenarnya hangat dan juga menyenangkan.
"Aku seneng," ungkapku kala kami menyusuri pinggir taman sambil mengenggam stik es krim di tangan masing - masing, sehabis menikmati es krim yang kami beli di koperasi.