[caption id="attachment_234178" align="alignright" width="300" caption="Teh Poci Tegal"][/caption]
Saat2 musim hujan begini, adalah saat – saat yang pas kalau sedang ngomongin kuliner, kuliner yang pas dengan kondisi cuaca tentunya. Nah, oleh karena itu, saya ingin sedikit berbagi tiga macam kuliner beda sejarah, beda jenis, dan beda bentuk, tapi kalau di makan saat cuaca sedang dingin dan rintik2 hujan yang romantis, akan terasa nikmat dan hangat. Apalagi memang ketiga kuliner yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lainnya itu memiliki satu kesamaan, yakni sama2 lezat dan enak, harum dan bergizi juga.
Sebenarnya saya sedikit memaksakan saja ketiga kuliner ini tak tulis dalam satu artikel, tapi ya karena saya punya pengalaman yang unik saat bertemu dengan ketiganya, ya akhirnya saya tuliskan saja dalam satu artikel. Apalagi pengalaman saat makan dan minum ketiganya tersebut sama, yaitu saya dapatkan saat musim hujan tiba.
Yang pertama, adalah Teh Poci. Teh asli Tegal ini sebenarnya hampir sama dengan teh pada umumnya, tapi yang membuatnya memberi kesan tersendiri buat saya, adalah keunikan penyajian teh tersebut dan effeknya setelah saya meminumnya.
Ceritanya begini, saat itu saya sedang panas2nya koordinasi dengan tim jurnalis sesaat sebelum meliput agenda Muskerwil di Jawa Tengah dilaksanakan, tepatnya di Gama Resto Bangkong. Setelah sebelumnya saya makan banyak dan banyak makan, mulai dari gurami, tahu petis, plus nasi uduk, sampai dengan sambal udang. Selain itu saya juga salah pesen minum, tak banyakin es telernya, jadinya efeknya kepala saya jadi teller beneran. Hadeeh.
saya pun panic condition. Belum liputan udah teller duluan, karena banyaknya minum es teller masuk ke perut. Lalu ada yang menyarankan minum teh poci hangat. Akhirnya saya pesen-lah teh poci ke mbak2nya yang senyam-senyum terus sedari tadi di restoran yang menyajikan seafood tersebut. Dan ternyata, efeknya luar biasa sodara-sodara. Saat cuaca sedang hujan deras, segelas teh poci tubruk Tegal berpadu dengan gula batu, mmebuat badan terasa hangat dan kepala yang semula agak teller, menjadi sembuh. Joss temenan!!
Tehnya yang sederhana, dengan racikan ditempat yang natural juga, yaitu gelas yang berasal dari tanah, ternyata cukup sukses untuk mengusir rasa penat dan teller saya di kepala. Dan pada akhirnya setelah meminum the poci tersebut, saya berkesimpulan, bahwa yang sederhana itu justru terasa nikmat, ngangeni, dan bahkan bisa menyembuhkan. Teh poci adalah buktinya.
Kalao yang kedua ini, adalah buah favorit saya selain jeruk. Namanya durian. Dan mungkin juga menjadi buah vaforitnya banyak orang di Indonesia. Selain rasanya yang memang harum dan manis, duren memang menimbulkan sensasi tersendiri saat dimakan. Dan biasanya ada banyak pilihan duren, ada yang manis, dan manis agak pahit. Untuk dua2nya, saya kebetulan suka semuanya.
Cerita asyik saya bersama duren terjadi saat musim duren beberapa waktu lalu. Kebetulan kalau di Semarang, tempat yang terkenal durennya enak2 adalah di Gunungpati. Banyak orang yang mencari duren dari daerah sini saat musim duren  tiba. Dari pejabat tingkat atas, sampa kalangan mahasiswa, semua mencari referensi tempat duren murah dan berkualitas ini.
Terkait cerita saya bersama duren, say apunya cerita unik, yaitu ketika mabok duren, udah dua kali tercatat dalam memori saya, saya merasakan mabok duren. Hal itu diakibatkan karena terlalu banyak makan duren, sehingga badan panas, perut agak mual, dan yang palingg tidak mengenakkan adalah bau mulut dan kentut yang bau duren semua. Huufff.