Pernahkan air mata menetes dari salah satu dan/atau kedua mata kita? Bagaimana dengan air mata yang merember keluar dari sekeliling mata kita? Apakah tetesan dan/atau rembesan itu merupakan akibat sebuah pengalaman tertentu yang kita alami? Saya bukanlah laki-laki yang gampang menangis, apalagi dikategorikan sebagai manusia yang “sentimental”. Kata tersebut merupakan aib bagi pribadi saya. Tetapi betapa mengejutkannya, bahwa hal yang selama ini saya anggap sebagai “aib” berubah menjadi sebuah pencerahan pada diri saya. Ya betul. Saya “MENANGIS”.
Ini bermula ketika kejenuhan melanda saya beberapa bulan terakhir. Merasa bosan dan jengah dengan keseharian yang tidak hentinya saya jalani, saya mencari kegiatan alternative untuk mengisi waktu luang dan mengambil sedikit waktu kerja saya. Saya pun kembali menekuni hobi murah meriah yakni mengunduh film-film box office dari beberapa situs penyedia film yang setahun ini marak digunakan. Begitu banyak film yang saya temukan tapi ternyata hampir semua telah saya tonton. Saya pun beralih dari film barat ke film korea. Tak lama saya pun mengunduh berjibun film Korea ke dalam harddisk saya hingga mau muntah rasanya. Entah ini kebetulan atau karena memang saya tidak pernah menikmati sajian gambar berjalan ala Korea, tetapi hampir semua film tersebut adalah film dengan genre “DRAMA ROMANTIS”. Film yang saya tonton pertama adalah sebuah serial dengan judul SECRET GARDEN. Lha kok mirip dengan serial TV yang dulu sempat diputar di salah satu TV swasta Indonesia ya? Ya betul, METEOR GARDEN. Ternyata sama sekali bukan seperti METEOR GARDEN.
[caption id="attachment_126340" align="aligncenter" width="300" caption="Secret Garden ( foto : lovelykoreandrama.com )"][/caption]
Film serial SECRET GARDEN tersebut disajikan sebanyak 20 episode. Durasi per episode sekitar 60 menit-an. Pada episode ke 16 hingga 18 tak terasa mata saya basah seperti keset di depan kamar mandi saya, hanya saja baunya memancarkan bau kesedihan mendalam, tidak seperti keset kamar mandi saya yang entah baunya seperti bau kaos kaki yang tidak pernah dicuci selama 2 tahun. Saya pun terhenyak kaget karena saya menangis dan hati saya seperti tersayat oleh tajam mata pisau pemotong rumput alang-alang.
Saya merasa “tersindir” karena hanya karena sebuah cerita film serial, saya memuncarkan air pelembab mata saya. Benar-benar sebuah hal yang sia-sia. Terdorong oleh rasa malu dan keingintahuan yang besar akan tersobeknya hati saya, sebuah tindakan pun dilakukan. Apa itu? Ya, saya pun mengulang episode 16 sampai 18 untuk saya tonton kembali. Hasilnya? Bajigur!!! Saya menangis lagi!
Terhina untuk yang kesekian kalinya, saya pun kembali mengulang episode-episode tersebut. Tetapi, kali ini saya memfokuskan segala kemampuan saya untuk mengatur emosi dan menghindari hinaan sentimental tersebut. Saya suka musik Rock n roll, saya menekuni beladiri jiu-jitsu, dan saya juga memiliki sebuah usaha dengan 15 karyawan yang setiap harinya harus patuh dengan segala instruksi saya. Tetapi semua hal yang saya anggap macho itu tidak menghentikan dan/atau menutup kebocoran di kedua mata saya. Akhirnya saya menyerah dan mengakui bahwa “cinta” yang dibalut dalam tangisan drama mampu menyentuh hati saya yang selama ini ternyata beku dan hampa. Terima kasih drama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H