Mohon tunggu...
Dwi Oktaviani
Dwi Oktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Saya memiliki hobi menulis dimana saya bisa menuangkan isi pikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ancaman Generasi Emas: Lonjakan Kasus Diabetes pada Anak diusia Muda

5 Januari 2025   13:17 Diperbarui: 5 Januari 2025   13:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto anak mengecek gula dara (Sumber: koran-Jakarta.com)

Tahukah anda bahwa kasus Diabetes Melitus (DM) pada anak akhir-akhir ini menjadi pusat perhatian. Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menduduki peringkat keenam penyebab kematian di dunia. Diabetes melitus tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi jutga dapat menyerang anak-anak. Berdasarkan penyebabnya penyakit ini digolongkan menjadi menjadi empat jenis yaitu: DM tipe-1, DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional.

Berdasarkan data dari kemenkes, kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada akhir Januari 2023. Kasus diabetes pada anak di Indonesia mencapai 2 per 100.000 dimana kasus diabetes yang ditemukan adalah DM tipe-1 sedangkan DM tipe-2 sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetes anak. Dikutip dari pernyataan IDAI melalui kemenkes, terdapat 1645 anak yang mengalami diabetes. Dari data ini, terdapat 46,23%  anak yang mengalamu diabetes di usia 10 sampai 14 tahun  dan 31,05%  lainnya di usia 5 sampai 9 tahun.

Sangat perlu bagi kita untuk belajar mengenali gejala diabetes pada anak, agar dapat lebih cepat tertangani sejak dini. Adapun beberapa gejala diabetes yaitu:

  • Nafsu anak meningkat
  • Anak merasa haus yang berlebihan
  • Anak sering buang air kecil
  • Berat badan anak menurun tanpa sebab yang jelas.

Salah satu penyebab penyakit diabetes adalah faktor genetik. Selain itu, penyebab lainnya disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan anak yang kurang bahkan tidak sehat. Saat ini banyak berbagai produk makanan dan minuman kekinian dengan kadar gula tinggi yang sering dikonsumsi oleh anak-anak. Berdasarkan European Society for Gastroenterology, Hepatology and Nutrition (ESPGHAN), anak-anak memiliki batas konsumsi gula harian berdasarkan usianya. Berikut adalah batas konsumsi harian pada anak-anak berdasarkan usianya:

  • Usia 2-4 tahun maksimal 15-16 gram per hari
  • Usia 4-7 tahun maksimal 18-20 gram per hari
  • Usia 7-10 tahun maksimal 22-23 gram per hari
  • Usia 10-13 tahun maksimal 24-27 gram per hari
  • Usia 13-15 tahun maksimal 27-32 gram per hari

Ketidaktahuan masyarakat khususnya orangtua mengenai batas konsumsi gula harian membuat mereka membiarkan anak-anak mereka mengkonsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Kebiasaan ini kemudian didukung oleh aktifitas fisik anak-anak jaman sekarang yang bisa dibilang sangat kurang. Teknologi yang berkembang begitu pesat dimana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu didepan layar gadget menjadi salah satu pemicu kurangnya aktifitas pada anak-anak jaman sekarang. Aktifitas yang kurang  dan pola makan yang tidak terkontrol bisa menyebabkan obesitas yang kemudian memicu diabetes pada anak. Penyakit diabetes ini memiliki dampak jangka panjang bahkan dapat menyebabkan penyakit jantung dan hipertensi.

Hal ini sangat miris ketika 10 tahun kedepan generasi penerus bangsa yang digadang-gadang menjadi generasi emas yang akan membangun bangsa tetapi anak-anak kita malah menjadi penderita diabetes. Hal ini merupakan ancaman bagi generasi yang akan datang. Oleh karena itu, hal ini perlu ditangani. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pola hidup sehat sejak usia dini, hal ini dapat dilakukan dengan edukasi di sekolah dan membuat regulasi terhadap distribusi produk makanan dan minuman tinggi gula. Tidak hanya pemerintah, orangtua juga memiliki tanggung jawab penting dalam masalah ini. Orangtua dapat membatasi konsumsi makanan dan minuman manis dan mendorong anak untuk bergerak aktif. Dengan kerjasama antara pemerintah dan orangtua, hal ini dapat menciptakan generasi yang lebih sehat dan bebas dari ancaman diabetes diusia muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun